BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pakan merupakan faktor esensial yang
menentukan apakah kondisi maksimum didalam pertumbuhan dapat dicapai atau
tidak, dan pakan yang optimal merupakan bagian yang memungkinkan dalam mencapai
hasil yang sesuai dengan kemampuan genetik ternak (Maynard et al.,1969).
Ransum merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha pemeliharaan ternak.
Keberhasilan dan kegagalan pemeliharaan ternak banyak ditentukan oleh ransum
yang diberikan. Kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak peternak yang
memberikan ransum pada ternak-ternaknya tanpa memperhatikan persyaratan
kualitas, kuantitas dan teknik pemberian pakan, akibatnya pertumbuhan ataupun
produktivitas ternak yang dipelihara tidak tercapai sebagaimana mestinya
(Siregar, 1994). Domba lebih tergantung pada pastura (padang rumput) bila dibandingkan
dengan ternak lain karena secara alamiah habitat domba adalah pastura, meskipun
demikian domba perlu mendapatkan pakan tambahan berupa konsentrat untuk
mendukung pertumbuhan mereka di segala musim, karena kandungan nilai nutrisi
pada pastura cenderung tidak tetap pada setiap musim (Ensminger, 1991). Bakrie
(1996) mengemukakan bahwa hampir semua pakan yang dikonsumsi ternak ruminansia
di Indonesia berbentuk hijauan, terdiri dari rumput-rumputan, sisa-sisa hasil
pertanian dan daun-daunan dari pohon. Selain itu jenis makanan ternak lain yang
juga dikonsumsi termasuk semak belukar, rumput liar dan rempah-rempahan, juga
batang dan daun pisang, dan daun bambu.
Hijauan pakan adalah bahan makanan yang
dapat berupa rumput lapang, limbah hasil pertanian, rumput jenis unggul yang
telah diintroduksikan dan beberapa jenis leguminosa (kacang-kacangan),
sedangkan konsentrat merupakan makanan penguat yang terdiri dari bahan baku
yang kaya karbohidrat dan protein, seperti jagung kuning, bekatul, dedak,
gandum dan bungkil-bungkilan. Konsentrat untuk ternak umumnya disebut makanan
penguat atau bahan baku makanan yang memiliki kandungan serat kasar (SK) kurang
dari 18% dan mudah dicerna (Murtidjo, 1993). Djadjuli (1982) , menyatakan
apabila kebutuhan ternak akan zat-zat makanan diperoleh dari hijauan, maka
sebaiknya hijauan yang diberikan merupakan hijauan yang berkualitas tinggi,
karena hijauan berkualitas tinggi umumnya palatabel, tidak bersifat bulky bila
dikonsumsi dalam jumlah banyak dan mempunyai daya cerna tinggi serta memberikan
energi yang lebih tinggi untuk setiap konsumsinya. Menurut Ensminger (1991),
kualitas hijauan berpengaruh besar terhadap konsumsinya. Hijauan berkualitas
tinggi lebih mudah dicerna dan melewati saluran pencernaan lebih cepat daripada
hijauan berkualitas rendah; oleh karena itu, domba akan mengkonsumsinya lebih
banyak. Konsumsi makanan merupakan faktor esensial untuk menentukan kebutuhan
hidup pokok dan berproduksi, karena dengan mengetahui tingkat konsumsi dapat
ditentukan kadar suatu zat makanan dalam ransum untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup pokok dan berproduksi (Parakkasi, 1999). Sutardi (1980) menyatakan bahwa
ternak akan mencapai tingkat penampilan tertinggi sesuai dengan potensi
genetiknya bila memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkan. Menurut Parakkasi
(1999), tingkat konsumsi sukarela (voluntary feed intake) adalah jumlah makanan
terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan secara ad
libitum. Makanan yang berkualitas baik tingkat konsumsinya relatif tinggi
dibandingkan5 dengan makanan yang berkualitas rendah. Menurut McDonald et al.
(2002) factor yang mempengaruhi konsumsi adalah karakteristik pakan, faktor
hewan dan lingkungan.
1.2
Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini
untuk “Mengetahui kualitas, kuantitas dari kecukupan pakan domba”.
BAB II
PEMBAHASAN
Berbagai penelitian telah dilakukan oleh para peneliti,
dengan tujuan mengoptimalkan penggunaan pakan untuk diubah menjadi daging. Secara
umum, kebutuhan zat-zat makanan bagi domba di kelompokkan ke dalam dua golongan
besar sumber bahan pakan, yaitu bahan pakan sumber energi dan bahan pakan
sumber protein. Bahan pakan sumber energi umumnya terdiri dari bahan pakan
berupa bji-bijian dan sisa serealia (tepung jagung dan dedak padi), umbi-umbian
(tepung singkong, onggok dan ubi jalar), dan hijauan (rumput setaria, rumput
lapangan, dan lain-lain). Bahan pakan sumber protein berasal dari biji-bijian,
seperti tepung bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap, biji kapas, atau
tepung ikan dan tepung darah. Ada pula beberapa jenis hijauan yang merupakan
sumber protein, antara lain daun gliricidae, turi, lamtoro, centrocema,dan
kacang gude.
Secara alami, domba senang mengkonsumsi rumput.
Meskipun demikian, pemberian pakan domba yang hanya berupa rumpu-rumputan belum
dapat memenuhi kebutuhan zat-zat makanan sebagai sumber energi dan protein. Hal
ini disebabkan pada umumnya rumput hanya
merupakan pakan sumber energi. Hijauan
pakan ternak dikatagorikan atas beberapa jenis, yaitu:
a. Hijauan
segar
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang
diberikan kepada ternak dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu
(manual) maupun yang langsung direnggut oleh ternak. Pemberian hijauan dalam
keaadaan segar, umumnya lebih disukai domba, dibandingkan pemberian dalam
keadaan layu atau kering. Hijauan banyak mengandung karbohidarat dalam bentuk
gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilakan
energi, seperti rumput-rumputan, kacang- kacangan, daun-daunan.
Kebutuhan domba akan bahan pakan sangat tergantung
pada kondisi fisiologis omba ter sebut. Domba-domba yang sedang digemukkan,
secara umum membutuhkan hijauan segar sebanyak 10% dari berat badan. Ada
bagian-bagian terrtentu, seperti batang, daun yang sudah tua dan yang kotor,
tidak akan dikonsumsi, meskipun domba masih lapar. Karena itu perlu di
pertimbangkan pemberian dalam jumlah lebih banyak dari 10%tersebut, misalnya
15-20%.
b. Jerami
atau hijauan kering.
Jerami atau hijauan kering adalah hijauan segar yang
sudah dikeringkan dengan bantuan cahaya matahari atau dengan panas buatan
menggunakan alat pengering yang mempunyai temperatur tinggi. Kualitas dari
pakan kering ini adalah warna hijauan kekuningan dan cerah, bau tidak tengik,
tekstur tidk terlalu kering, sehingga kalau dipatahkan tida patah, kebersihan
tidak berjamur, berpasir atau batuan lainnya.
c. Silase.
Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan
(rumput-rumputan atau leguminosa) yang di simpan dalam bentuk segar mengalami
proses ensilase (Prihatman, 2000). Pembuatsn silase bertujuan mengatasi
kekurangan pakan di musim kemarau atau ketika pengembalaan ternak tidak mungkin
dilakukan. Menurut Kartasudjana (2001) bahwasanya silase merupakan hijauan yang
difermentasi sehinnga hijauan tesebut tetap awet karena tebentuk sam laktat.
Silase berasal dari hijauan makanan tenak ataupaun limbah pertanian yang
diawekan dalam keadaan segar (dengan kandungan air 60-70%) melalui proses
fermentasi dalam silo (tempat pembuatan silase). Sedangkan ensilage adalah
proses pembuatan silase. Silo dapat dibuat diatas tanah yang bahannya berasal
dari tanah, beton, baja, anyaman bambu, tong plastik, drum bekas, dan lain
sebagainya.
d. Konsentrat.
Golongan Makanan Penguat (konsentrat), dedak, jagung, ampas tahu, garam. Bungkil
kelapa, tepung ikan, kedele.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum, kebutuhan zat-zat makanan bagi domba di
kelompokkan ke dalam dua golongan besar sumber bahan pakan, yaitu bahan pakan
sumber energi dan bahan pakan sumber protein. Bahan pakan sumber energi umumnya
terdiri dari bahan pakan berupa bji-bijian dan sisa serealia (tepung jagung dan
dedak padi), umbi-umbian (tepung singkong, onggok dan ubi jalar), dan hijauan
(rumput setaria, rumput lapangan, dan lain-lain). Bahan pakan sumber protein
berasal dari biji-bijian, seperti tepung bungkil kedelai, ampas tahu, ampas
kecap, biji kapas, atau tepung ikan dan tepung darah. Ada pula beberapa jenis
hijauan yang merupakan sumber protein, antara lain daun gliricidae, turi,
lamtoro, centrocema,dan kacang gude.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Arfah Alam. 2005. Kecukupan Energi Metabolis Pakan Domba
Garut Jantan Pada Fase Pertumbuhan Di Peternakan Lesan Putra Kecamatan Ciomas
Kabupaten Bogor. Scribd: http://www.scribd.com/doc/49080455/em4-n-domba.
Hanafi, Nevy Diana. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak.
Google: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/801/1/nevy%20132143320.pdf.
Hadi, Yan. 2010. Pengaruh Nutrisi Terhadap
Performans Reproduksi Ternak Sapi.
Blogspot: http://ternak-ruminansia.blogspot.com/2010/10/pengaruh-nutrisi-terhadap-performans.html.
Sodiq, Akhmad dan Zainal Abidin.
2002. Penggemukan Domba. Jakarta: PT
AgroMedia Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar