Practices
(GMP) dan Good Hygienic Practices (GHP). GMP/GHP merupakan suatu pedoman atau
acuan tentang penanganan atau penyediaan daging dalam rangka menghasilkan
daging yang aman (safe) dan layak (suitable). Dalam rangka penerapan sistem
jaminan keamanan pangan atau yang dikenal sebagai sistem Hazard Analysis
Critical Control Point (HACCP), GMP/GHP merupakan persyaratan dasar
(prerequsite) untuk penerapan sistem HACCP di industri pangan. Secara
umum, penanganan daging dan karkas dilakukan dengan tiga cara, yaitu
:
1.
Pelayuan
Pelayuan
adalah penanganan daging segar setelah penyembelihan
dengan cara menggantung atau menyimpan selama waktu tertentu pada temperature
di atas titik beku daging (-1,50C). Daging yang kita beli di pasar atau swalayan
adalah daging yang telah mengalami proses pelayuan. Selama pelayuan, terjadi aktivitas
enzim yang mampu menguraikan tenunan ikat daging. Daging menjadi lebih dapat mengikat
air, bersifat lebih empuk, dan memiliki flavour yang lebih kuat.Daging biasanya
dilayukan dalam bentuk karkas atau setengan karkas. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
luas permukaan yang dapat diinfeksi oleh mikroba. Tujuan dari pelayuan daging
adalah :
a) Agar
proses pembentukan asam laktat dari glikogen otot berlangsung sempurna sehingga
pertumbuhan bakteri akan terhambat.
b) Pengeluaran
darah menjadi lebih sempurna.
c) Lapisan
luar daging menjadi kering, sehingga kontaminasi mikroba pembusuk dari luar dapat
ditahan.
d) Untuk
memperoleh daging yang memiliki tingkat keempukan optimum serta cita rasa khas.
Perubahan Selama Pelayuan
Karkas
sapi biasanya dilayukan dalam waktu sekitar 2×24 jam. Untuk memperoleh daging
yang memiliki keempukan optimum dan cita rasa yang khas, pelayuan dilakukan pada
suhu yang lebih tinggi atau dengan waktu yang lebih lama, misalnya suhu 30-40C
selama 7-8 hari atau suhu 200C selama 40 jam. Bisa juga dilakukan pada suhu
430C selama 24 jam. Untuk menghambat pertumbuhan mikroba, proses pelayuan dibantu
dengan sinar ultraviolet. Berikut ada proses-proses perubahan selama pelayuan pada daging :
·
Daging menjadi lunak
Daging
menjadi lunak karena terjadi proses kontraksi dan relaksasi pada otot sesaat setelah
ternak dipotong yang menyebabkan perubahan biokimia dalam jaringan. Proses
kontraksi menyebabkan otot menjadi keras dan kaku sedangkan proses relaksasi menyebabkan
jaringan otot menjadi lunak dan empuk.Keempukan daging dapat terjadi karena ternak
menyimpan glikogen di dalam otot sebagai sumber persediaan energy, untuk itu mengistirahatkan
ternak selama 24 jam dapat meningkatkan jumlah glikogen yang pada akhirnya akan
menyebabkan jaringan otot menjadi lunak dan empuk. Fungsi pengempukan daging
dengan pelayuan merupakan fungsi dari waktu dan temperatur. Pada temperatur
yang tinggi akan menghasilkan tingkat keempukan tertentu dalam waktu yang lebih
cepat dibandingkan pada temperatur rendah. Keempukan juga dapat ditingkatkan
dengan perlakuan pendinginan , perlakuan enzim dan perebusan. Setelah ternak
mati dan daging mengalami rigor mortis, ikatan struktur miofibril dilonggarkan
oleh enzim proteolitik, rusaknya komponen protein dari miofibril dapat
meningkatkan keempukan daging.
Karkas sapi biasanya dilayukan dalam
waktu sekitar 2X24 jam. Untuk memperoleh daging yang memiliki keempukan optimum
dan cita rasa yang khas, pelayuan dilakukan pada suhu yang lebih tinggi atau
dengan waktu yang lebih lama, misalnya suhu 3-40C selama 7-8 hari atau suhu
200C selama 40 jam. Bisa juga dilakukan pada suhu 430C selama 24 jam.
·
Daging menjadi kurang transparan. Jika daging
segar dipotong ,warnanya adalah merah keunguan dari myoglobin. Ketika berada didalam
lingkungan beroksigen, maka permukaan daging segar akan berwarna merah terang karena
terjadinya oksigenasi myoglobin menjadi oksimioglobin. Oksigen yang masuk ke dalam
otot kemudian dipakai untuk reaksi biokimiawi di dalam otot. Pada konsentrasi oksigen
rendah (1-2%), atom fero (Fe+2) akan teroksidasi menjadi feri (Fe+3) dan sisi ikatan
keenam akan berikatan dengan air membentuk metmioglobin berwarna coklat. Dari
pembentukan warna coklat pada daging ini yang membuat daging menjadi kurangt
ransparan.
·
Perubahan PH daging. Perubahan pH
menyebabkan sebagian protein terdenaturasi dan perubahan muatan protein. Perubahan
muatan protein akan mengubah jarak antar serat-serat daging sehingga mempengaruhi
kemampuannya dalam menyerap dan memantulkan cahaya yang akan mempengaruhi penampakan
(warna) daging secara visual.
Kecepatan penurunan pH daging dan nilai
pH akhir post-rigor akan mempengaruhi warna daging. Makin rendah pH maka warna daging
akan semakin pucat. Warna pucat ini disebabkan oleh karena banyaknya air bebas
yang berada diluar serabut daging. Kandungan air ekstraseluler yang tinggi ini menyebabkan
kemampuannya untuk memantulkan cahaya akan meningkat dan penyerapan cahaya menurun
sehingga intensitas warna akan menurun (warna terlihat pucat). Kandungan air
intraseluler yang tinggi menyebabkan kemampuan untuk memantulkan cahaya akan turun
sementara kemampuan untuk menyerap warna akan meningkat sehingga warna akan terlihat
lebih terang (gelap).
·
Perubahan WHC
Water-holding
Capacity (WHC) atau daya ikat air adalah satu dari beberapa sifat daging yang
sangat penting untuk membentuk mutu teknologi daging. WHC adalah kemampuan daging
untuk mempertahankan kandungan air (bebas)nya pada saat diberikan tekanan dari luar
(seperti pemanasan, penggilingan atau pengepressan). Banyak dari sifat fisik daging
termasuk warna, tekstur dan kekerasan dari daging mentah, dipengaruhi oleh WHC
daging. Pelayuan dapat meningkatkan daya ikat air pada berbagai macam pH karena
terjadinya perubahan hubungan air - protein, yaitu peningkatan muatan melalui absorbsi
ion K dan pembebasan ion Ca, tetapi penyimpanan yang terlalu lama akan menurunkan
daya ikat air dan terjadinya perubahan struktur otot. Walaupun pelayuan dapat
meningkatkan daya ikat air tetapi sangat dipengaruhi oleh pH dan pada akhirnya
daging kehilangan cairannya. Pelayuan pada temperatur (0 – 1)oC selama 21 hari
dapat meningkatkan daya ikat air dan keempukan daging sapi serta menurunkan
susut masak (cooking loss) dan penyusutan daging.
·
Perubahan aroma daging
Lemak
bersifat muda hmenyerap bau. Apabila bahan
pembungkus dapat menyerap
lemak, maka lemak yang terserap ini akan teroksidasi oleh udara sehingga rusak dan
berbau. Bau dari bagian lemak yang rusak ini akan diserap oleh lemak yang ada dalam
bungkusan yang mengakibatkan seluruh lemak menjadi rusak. Kerusakan lemak yang
utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan. Hal
ini disebabkan oleh otoksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Otoksidasi
dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh
factor-faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak,
logam berat(Cu, Fe, Co dan Mn), dan enzim-enzim lipoksidase. Sehingga aroma
daging tidak terlalu menyengat.
2.
Penyimpanan
Dan Preservasi
Macam-macam Metode
Penyimpanan :
- Penyimpanan
dengan Pendinginan
Pendinginan daging dilakukan untuk menurunkan suhu
karkas/daging menjadi di bawah +7 oC dan di atas titik beku daging (-1,5 oC).
Tujuan pendinginan daging adalah untuk mempertahankan kesegaran daging,
memperpanjang masa simpan daging, memberikan bentuk atau tekstur daging yang
lebih baik, dan mengurangi kehilangan bobot daging. Dengan pendinginan, maka
pertumbuhan mikroorganisme yang terdapat pada daging akan dihambat, serta
aktivitas enzim-enzim dalam daging dan reaksi-reaksi kimia juga akan dihambat.
Secara umum, karkas atau daging sebaiknya didinginkan hingga suhu bagian dalam
daging (internal temperature) mencapai suhu < +7 oC. Suhu internal
karkas/daging sapi sebaiknya dicapai < +7 oC dalam waktu < +3 oC secepat
mungkin. Metode pendinginan karkas/daging sapi yang saat ini umum dilaksanakan
adalah pendinginan cepat (quick chilling) yang menggunakan suhu ruang pendingin
-1 oC sampai +1 oC, kelembaban 85 - 90%, kecepatan udara 1 - 4 m/detik dan lama
pendinginan (untuk mencapai suhu internal daging < +7 oC) 24 - 36 jam
Penyimpanan dingin biasanya diartikan sebagai pengunaan suhu rendah dalam kisaran 1o
sampai 3,50C, suhu yang jauh melebihi permulaan pembekuan otot,
tetapi masih berada dalam suhu optimum -2oC dan 7oC bagi
pertumbuhan mikroorganisme psikrofilik. Dan jika dalam pemasaran daging yang
disimpan pada suhu dingin adalah penjualan yang secepat mungkin berdasarkan
pada daya tahan yang tidak lebih dari 3-5. Suhu dingin harus tetap terjaga
selama penyimpanan dalam jumlah besar, distribusi, penyimpanan di pengecer dan
penjualan. Dalam hal karkas, pemilihan kondisi penyimpanan supaya terdapat
kelembaban relatif 87-81% sehingga pengeringan permukaan yang mencapai 2-2%
dari berat karkas terjadi di permukaan. Hal ini akan menghalangi pertumbuhan
bakteri. (Buckle,1985)
- Penyimpanan
dengan Pendinginan dan Pengemasan Potongan-potongan Daging
Daging yang ber-pH dibawah 5,8 dipotong dari karkas, ditempatkan
dalam suatu kantong yang dapat mengerut karena panas yang sulit ditembus gas
seperti cryovac, kantong itu dikosongkan udaranya, ditutup dan didinginkan
sampai di bawah 7oC
selama 2 jam pemotongan daging. Potongan yang telah didinginkan dan dikemas
dimasukkan ke dalam kotak karton berukuran 27 kg dan disimpan pada suhu -2o
sampai 0,3oC. Untuk didistribusikan pada suhu tersebut. Potongan
daging yang diolah secara ini mempunyai daya simpan selama 9-10 minggu pada
suhu -1oC, 7 minggu pada suhu 0,5oC dan 5 minggu pada
suhu 1,5oC.
- Penyimpanan
dengan Pembekuan
Pembekuan atau penyimpanan beku daging
dilaksanakan pada suhu dimana mikroorganisme tidak akan tumbuh dan pada suhu
dimana daging masih cukup keras dan tahan pada penimbunan secara besar-besaran.
Dalam pelaksanaannya ini berarti penggunaan suhu di bawah -15oC.
Terdapat berbagai metode pembekuan yaitu :
·
Pembekuan plat : metode pembekuan ini
menggunakan logam sebagai medium yang mentransferkan panas. Daging yang
dibekukan berkontak langsung dengan plat pembeku (atau salah satu plat pembeku
pada sistem plat ganda). Temperatur pembeku berkisar antara -20oC
dan -30oC. Kecepatan pembekuan tergantung pada konduksi transfer
panas, dan lebih cepat daripada metode udara diam.
·
Pembekuan cepat : pembekuan dengan metode ini
menggunakan medium udara dingin dalam ruang atau sarana lain seperti terowongan
yang dilengkapi dengan kipas untuk menggerakkan udara dingin secara cepat.
Pembekuan berlangsung lebih cepat daripada metode udara diam atau pembekuan
plat. (Soeparno,1994)
Pembekuan
daging harus dilakukan setelah proses rigor mortis berlangsung. Jika daging
belum mengalami rigor mortis dan sudah dibekukan, maka rigor mortis akan
terjadi pada saat daging tersebut dicairkan (thawed). Proses tersebut dikenal dengan thaw rigor.
Daging yang mengalami thaw rigor akan kehilangan cairan daging (jus daging)
yang relatif banyak dan relatif keras (liat atau alot). Agar daging/karkas
dapat relatif segera dibekukan setelah proses pemotongan, maka perlu diterapkan
stimulasi listrik (electrical stimulation) pada proses pemotongan.
Preservasi
Preservasi berarti menghambat
atau membatasi reaksi-reaksi enzimatis, kemis, dan kerusakan fisik daging dan
daging proses. Metode yang banyak digunakan untuk memperpanjang masa simpan
daging dan daging proses adalah dengan pendinginan atau yang lazim disebut
refrigerasi pada temperatur antara −2oC sampai 5oC. Di
samping itu daging dan daging proses dapat diawetkan dengan proses pembekuan,
proses termal (pemanasan) dan dehidrasi (pengeringan). Preservasi daging juga
dilakukan dengan cara iradiasi, pengepakan, dan perlakuan kimiawi, misalnya
dengan cara curing dan pengasaman (Soeparno, 1994).
Preservasi
bertujuan, antara lain untuk mengamankan daging dan produk daging proses dari
kerusakan atau pembusukan oleh mikroorganisme dan untuk memperpanjang masa
simpannya. Preservasi berarti menghambat atau membatasi reaksi-reaksi
enzimatis, kimiawi dan kerusakan fisik daging dan daging proses. Salah satu
tindakan preservasi yang biasa dilakukan adalah pembekuan (Soeparno, 1994).
a.
Iradiasi
Metode preservasi daging dengan radiasi pada umumnya menggunakan
radiasi mengion terhadap produk. Radiasi mengion adalah radiasi yang mempunyai
energi dan cukup untuk melepaskan elektron dari atom serta menghasilkan ion.
Dalam praktek tipe radiasi mengion yang banyak digunakan adalah sinar katoda
energi tinggi (elektron berkecepatan tinggi yang dihasilkan oleh generator
elektron), atau sinar X yang dihasilkan oleh elektron yang mengenai target
logam berat, dan sinar gamma dari sumber-sumber radioaktif. (Hannan, dan
Thornley, 1957). Radiasi mengion membunuh mikroorganisme pada dan di dalam
daging, sehinnga radiasi mengion disebut juga sterilisasi dingin. Jumlah energi
radiasi yang diabsorpsi oleh produk daging yang sedang diiradiasi dinyataka
dengan unit rad (1 juta rad = 1 megarad, kira-kira sema dengan 2 kalori).
b. Proses Termal
Proses termal adalah metode yang dipergunakan untuk membunuh
mikroorganisme pembusuk dan mikroorganisme toksikogenik di dalam daging atau
daging proses. Jumlah panas yang dipergunakan pada preservasi daging atau
daging proses ada dua macam yaitu pemanasan sedang atau moderat, temperature
produk mencapai 58oC sampai 75oC dan pemanasan pada
temperature tinggi biasanya lebih tinggi daripada 100oC.
c.
Dehidrasi
Dehidrasi daging mempunyai pengaruh preservatif, karena penurunan
aktivitas air yang relatif rendah, sehingga pertumbuhan mikroorganisme
terhambat. Produk daging kering mempunyai masa simpan yang relatif lama tanpa
penyimpanan refrigerasi. Produk sosis kering atau agak kering dan sapi kering,
misalnya dendeng telah banyak diproduksi.
Pengeringan dengan menggunakan udara panas banyak dilakukan untuk
produk daging giling (lumat) masak. Faktor yang mempengaruhi kualitas produk
daging kering udara panas ini adalah temperature, ukuran partikel dan gerakan
udara panas. Produk daging kering masih mengandung air kira-kira 5% sampai 6%.
(Soeparno, 1994).
d.
Preservasi
dengan Ozon
Ozon adalah toksik, dan pemakaiannya dalam preservasi daging telah
sangat dibatasi, karena gas ozon meningkatkan perkembangan ransiditas
oksidatif. Seperti halnya sinar ultraviolet, ozon cenderung mempercepat
pembentukan metmioglobin (coklat) pada daging (Kaess dan Weidemann, 1973;
Lawrie, 1979).
Ozon merupakan substansi bakterisidial untuk mikroorganisme yang
terdapat di udara (atmosfir), atau yang terdapat di dalam suspensi cairan.
Mikroorganisme aerobik secara relatif lebih tahan terhadap ozon daripada
bakteri fakultatif dan anaerobik. Makin rendah ttemperatur penyimpanan, makin
besar keefektifan ozon (Urbain, 1971)
e.
Preservasi
dengan antibiotik
Dalam preservasi daging, antibiotik merupakan agensia yang sangat
potensial untuk meningkatkan masa simpan. Pemakaiannya telah tidak diizinkan
oleh Food and Drug Administration
Amerika Serikat (Urbain, 1971; Forrest et al., 1975), karena kemungkinan
toksisitas residu di dalam daging atau karkas atau perkembangan sensitivitas
toksisitas residu di dalam daging atau karkas atau perkembangan sensitivitas
alergik bagi konsumen serta perkembangan bakteri yang resistan terhadap
antibiotik, misalnya Salmonella. Dengan
dasar ini pemakaian antibiotik dalam preservasi daging menjadi tidak efektif
bila kemudian dipergunakan untuk suatu terapi atau sebagai bahan aditif.
Macam-macam
Preservasi Kimiawi:
a.
Curing
Curing adalah cara prosesing daging dengan menambahkan beberapa
bahan seperti garam NaCl, Na-nitrit dan atau Na-nitrat dan gula (dekstrosa atau
sukrosa atau pati hidrolisis), serta bumbu-bumbu. Maksud curing antara lain
untuk mendapatkan warna yang stabil, aroma, tekstur dan kelezatan yang baik dan
untuk mengurangi pengerutan daging selam prosesing serta memperpanjang masa
simpan produk daging. Produk daging yang diproses dengan curing disebut daging
cured (daging peram).
Kelebihan nitrit dalam daging
cured dapat menyebabkan daging proses menjadi berwarna hijau dan disebut
terbakar nitrit mungkin karena oksidasi pigmen daging cured. Sebaliknya
kekurangan nitrit dalam curing dapat menyebabkan warna pucat atau warna lemah.
b.
Preservasi
dengan Asam organik dan anorganik
Asam-asam organik dan asam anorganik lemak mempunyai pengaruh
bakteriostatik atau fungistatik. Asam asetat dan asam cuka telah banyak
dipergunakan dalam preservasi bahan makanan, dan mempunyai pengaruh
bakteriostatik yang agak lemah. Tingkat keasaman yang berlebihan akan
menghambat aktivitas mikrobia. Penambahan asam asetat sampai kira-kira 3,6%
pada fase cair diperlukan untuk preservasi sosis asam (Urbain, 1971).
c.
Preservasi
dengan Karbon dioksida
Karbon dioksida digunakan sebagai bahan preservasi karena mempunyai
pengaruh bakteriostatik dan fungistatik. CO2 menghambat pertumbuhan
sejumlah bakteri aerobik, ragi dan jamur. Kombinasi CO2 dan
penyimpanan dingin mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap masa simpan produk daging unggas
dibandingkan dengan pengaruh masing-masing cara preservasi. Penyimpanan sosis
yang lama pada gas CO2 dengan konsentrasi lebih dari 50% akan
menyebabkan pengasaman karena gas ini akan larut di dalam produk dan
mengakibatkan pembentukan asam karbonat.
Pengepakan
Produk Daging Proses
Pengepakan termasuk salah
satu cara preservasi daging dan daging proses untuk melindungi daging terhadap
kerusakan yang terlalu cepat baik karena perubahan kimiawi, maupun kontaminasi
mikrobial serta untuk menampilkan produk dengan cara menarik (Ramsbottom,
1971). Pengepakan tidak memperbaiki kualitas tetapi hanya mempertahankan atau
memperlambat kerusakan produk selama penyimpanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar