Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semua jenis
organisme atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh.
Kemampuan ini disebut imunitas. Sebagian besar imunitas
merupakan imunitas didapat yang tidak timbul sampai tubuh
pertama kali diserang oleh bakteri yang menyebabkan penyakitnya atau toksin.
Seringkali membutuhkan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk
membentuknya. Ada suatu imunitas tambahan yang merupkan akibat dari proses umum
dan bukan dari proses yang terarah pada organisme penyebab penyakit spesifik.
Imunitas ini disebut imunitas bawaan, yang meliputi :
1.
Fagositosis
terhadap bakteri dan perbu lainnya oleh sel darah putih dan sel pada sistem
makrofag jaringan.
2.
Pengerusakan
oleh asam lambung dan enzim pencernaan terhadap oeganisme yang tertelan kedalam
lambung.
3.
Daya tahan
kulit terhadap invasi organisme.
4.
Adanya
senyawa kimia tertentu dalam darah yang melekat pada organisme asing atau
toksin tersebut menghancurkannya. Beberapa senyawa tersebut adalah :
·
Lisozim,
suatu polisakarida mukolitik yang menyerang bakteri dan membuatnya terlarut ;
·
Polipeptida
dasar, yang bereaksi dengan bekteri gram positif tersebut dan membutnya menjadi
tidak aktif ;
·
Kompleks
komplemen yang akan dibicarakan kemudian, merupakan suatu sistem yang terdiri
dari kurang 20 protein, yang dapat diaktifkan melalui bermacam-macam untuk
merusak bakteri;
·
Limfosit
pembuluh alami yang dapat mengenali dan menghancurkan sel-sel asing, sel-sel
tumor dan bahkan beberapa sel yang terinfeksi.
Imunitas bawaan ini membuat tubuh
manusia tahan terhadap penyakit seperti babarapa infeksi virus paralitik pada
binatang, kolera pada babi, pea pada lembu, dan distempar- penyakit virus yang
banyak menyebabkan kematian pada anjing. Sebaliknya, banyak binatang tingkat
rendah ternyata tahan atau bahkan kebal terhadap banyak penyakit yang menyerang
manusia, seperti poliomielitis, gondong, kolera pada manusia, campak dan
sifilis, yang bersifat sangat merusak atau bahkan mematikan bagi manusia.
Tubuh memiliki system imun untuk
melindungi tubuh itu sendiri dari berbagai mikroba pathogen yang membahayakan.
Sistim imun teriri dari dua macam yaitu system innate imun atau bawaan dan
system imun adaptif. Kedua macam system imun ini memiliki komponen-komponen
sendiri-sendiri yang intinya saling bekerjasama untuk memberikan pertahanan
bagi tubuh sehingga tidak mudah terserang oleh berbagai penyakit khususnya yang
ditimbulkan dari mikroba pathogen. Respon Imun ialah tanggapan terhadap
substansi asing yang masuk ke dalam tubuh, mis: mikroorganisme: bakter, virus,
parasit dan molekul besar: protein, polisakarisa.
Ada
2 respon aktifitas imun yang saling mempengaruhi, yaitu:
a.
Pengenalan (recognition), untuk:
·
mengenal dan mendeterminasi substansi asing
secara spesifik
·
menyeleksi molekul yang bersifat imunogenik
·
membedakan komponen sendiri (self) dari
substansi asing (nonself).
b.
Tanggapan (respon), untuk:
·
Mengerahkan bermacam-macam sel dan molekul
sehingga menghasilkan reaksi yang sesuai dan tepat untuk melawan dan
menetralkan substansi/organisme yang masuk.
INNATE IMUNE
(KEKEBALAN BAWAAN)
Innate immunity
atau kekebalan alami adalah pertahanan paling awal pada manusia untuk
mengeliminasi mikroba patogen bagi tubuh. Innatte
immunity merupakan kekebalan
non-spesifik. Artinya semua bentuk mikroba yang masuk akan dieliminasi tanpa
memperhatikan jenis dari mikroba itu. Pada imunitas bawaan ini memiliki dua
sistem pertahanan, pertahanan tingkat pertama dan pertahanan tingkat kedua.
Pada pertahanan tingkat pertama tubuh akan dilindungi dari segala macam mikroba
patogen yang menyerang tubuh secara fisik, kimia dan flora normal. Dan
pertahanan kedua yang dilakukan oleh tubuh untuk melawan mikroba patogen
meliputi fagosit, inflamasi demam dan substansi antimikroba. Yang termasuk sel
fagosit adalah makrofag, sel dendrit, neutrofil. Sedangkan Inflamasi merupakan
respon tubuh terhadap sel yang rusak, repon ini ditandai dengan adanya
kemerahan, nyeri, panas, bengkak. Tujuan inflamasi adalah untuk membatasi
invasi oleh mikroba agar tidak menyebar lebih luas lagi, serta memperbaiki
jaringan atau sel yang telah rusak oleh mikroba. Dan jenis pertahanan kedua
yang terakhir yaitu substansi mikroba.
Substansi mikroba yang dimaksud adalah komplemen. Sistem
komplemen merupakan sistem yang penting dalam innate immunity karena fungsinya
sebagai opsonisator untuk meningkatkan fagositosis sel fagosit dan
kemoatrtaktor untuk menarik sel-sel radang yang menyebabkan inflamasi.
Innate immunity,
atau sering disebut imunitas alamiah, merupakan mekanisme pertama yang akan
terjadi saat infeksi berlangsung, terjadi secara cepat terhadap infeksi
mikrobia, dan terjadi antara jam ke-0 sampai jam ke-12 infeksi. Sistem imun turunan terdiri dari
berbagai sel dan mekanisme yang mempertahankan tubuh suatu organisme dari
infeksi organisme lain, secara non-spesifik. Ini berarti sel-sel dari sistem
imun turunan mengenali dan merespon patogen dalam cara yang umum, namun tidak
seperti sistem imun adaptif, sistem imun turunan tidak menyediakan kekebalan
yang protektif dan jangka panjang bagi organisme yang memilikinya. Sistem imun
turunan menyediakan pertahanan menengah melawan infeksi, dan dapat ditemukan
pada semua tumbuhan dan hewan.
Sedangkan
menurut Sherwood (2001) sistem
imun bawaan atau sistem imun nonspesifik adalah respon pertahanan inheren yang
secara nonselektif mempertahankan tubuh dari invasi benda asing atau abnormal
dari jenis apapun, walaupun baru pertama kali terpajan. Respon ini membentuk
lini pertama pertahanan terhadap berbagai faktor yang mengancam, termasuk agen
infeksi, iritan kimiawi, dan cedera jaringan yang menyertai trauma mekanis atau
luka bakar termasuk dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme. Sistem
ini disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu
(Baratawidjaya, 2002). Selain itu sistem imun ini memiliki respon yang cepat
terhadap serangan agen patogen atau asing, tidak memiliki memori immunologik,
dan umumnya memiliki durasi yang singkat (O’Gorman and Albert, 2008).
a.
Fungsi Sistem innate
immune
Fungsi
utama dari sistem imun turunan vertebrata yaitu:
1.
Mengambil sel imun ke wiayah infeksi dan inflamasi,
melalui produksi faktor kimia, termasuk mediator kimia terspesialisasi yang
disebut sitokin.
2.
Aktivasi lembah komplemen untuk mengidentifikasi bakteri,
mengaktivasi sel dan melakukan pembersihan sel mati atau sisa-sisa antibodi.
3.
Identifikasi dan memindahkan substansi asing yang
terdapat pada organ, jaringan, darah dan limpa, oleh sel darah putih yang
terspesialisasi.
b.
Macam-macam innate imune (kekebalan bawaan)
Innate immune atau kekebalan
bawaan merupakan salah satu macam dari kekebalan bawaan. Kekebalan bawaan
merupakan mekanisme pertama pertahanan bagi tubuh. Dan kekebalan bawaan ini di bagi lagi
menjadi dua macam pertahanan, pertahanan tingkat pertama dan pertahanan tingkat
kedua.
1.
Pertahanan pertama
Sistem pertahanan
pertama pada kekebalan bawaan meliputi faktor fisik, kimia dan flora normal
tubuh (mikriba normal tubuh). Yang merupakan faktor fisik adalah kulit,
kelenjar air mata, kelenjar air lidah (saliva), kelenjar mukus, silia, dan
urine. Kulit yang tertutup merupakan pertahanan paling kuat. kulit yang
tertutup melindungi dari masuknya mikroba patogen. Air mata berperan dalam
melindungi mata dari mikroba patogen karena terdapat lisozim pada air mata yang
merupakan enzim yang mampu menghancurkan dinding bakteri. Saliva juga mempunyai
enzim lisozim ini untuk menghancurkan bakteri. Mukosa berperan dalam hal
mencegah invasi mikroba ke epitel dan jaringan sekitar bahkan sistemik. Bakteri
mikroba yang terperangkap dalam mukosa akan dikeluarkan melalui silia dari
epitel dalam bentuk batuk (pada saluran pernapasan) atau dengan aliran urine
(pada saluran genitourinaria).
Faktor pertahanan
pertama selanjutnya adalah faktor kimia. Yang termasuk di dalamnya adalah
Sebum, lisozim dan pH. Lisozim telah dijelaskan di atas. Cairan sebum
mengandung asam lemak tak jenuh yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
patogen. pH juga berperan dalam imunitas karena kebanyakan mikroba tidak tahan
terhadap asam contohnya asam lambung (pH 1.2 - 3.0).
Dan Faktor normal
mikrobiota. Sebenarnya pada tubuh manusia terdapat banyak mikroba normal yang
membantu fungsi fisiologis manusia. Contoh mikroba normal adalah E. coli pada colon yang berperan dalam
pembusukan sisa makanan. Peran mikroba normal (flora normal) dalam imunitas
adalah, dalam hal kompetisi nutrisi dengan mikroba patogen. Flora normal akan
beerkompetisi dalam perolehan nutrisi dengan bakteri patogen. Flora normal juga
mengeluarkan zat metabolit yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba patogen.
2. Pertahanan kedua
Pertahanan kedua ini meliputi fagosit, inflamasi demam dan substansi
antimikroba.
a. Fagosit.
Fagosit adalah sel yang mengeliminasi mikroba dengan cara
'memakan' mikroba tersebut secara endositosis, mikroba tersebut terperangkap
dalam fagosom, setelah itu fagosom berfusi dengan lisosom membentuk fagolisosom
kemudian enzim-enzim dari lisosom akan menghancurkan mikroba tersebut.
Fagosit berarti 'sel yang dapat memakan atau
menelan material padat . Sel imun ini menelan pathogen atau partikel secara
fagositosis.
Untuk menelan partikel atau patogen, fagosit memperluas bagian membran plasma,
membungkus membran di sekeliling partikel hingga terbungkus. Sekali berada di
dalam sel, patogen yang menginvasi disimpan di dalam
endosom yang lalu bersatu dengan
lisosom.
Lisosom mengandung
enzim dan asam yang membunuh dan mencerna
partikel atau organisme. Fagosit umumnya berkeliling dalam tubuh untuk mencari
patogen, namun mereka juga bereaksi terhadap sinyal molekuler terspesialisasi
yang diproduksi oleh sel lain, disebut
sitokin.
Sitokin adalah polipeptida yang memiliki fungsi penting dalam regulasi
semua fungsi sistem imun. Sitokin berperan dalam menentukan respon imun alamiah
dengan cara mengatur atau mengontrol perkembangan, differensiasi, aktifasi,
lalulintas sel imun, dan lokasi sel imun dalam organ limfoid. Sitokin merupakan
suatu kelompok“messenger intrasel” yang berperan dalam proses inflamasi melalui
aktifasi sel imun inang. Sitokin Juga memainkan peran penting dalam atraksi leukosit
dengan menginduksi produksi kemokin, yang kita kenal sebagai mediator poten
untuk inflamasi sel. Sitokin dan kemokin menghasilkan hubungan kompleks yang
dapat mengaktifkan atau menekan respon inflamasi (O’Gorman and Albert, 2008).
Beberapa sel fagosit bisa menjadi sel penyaji antigen (Antigen Presenting Cell
/ APC).
Yang termasuk sel fagosit adalah makrofag, sell dendrit, neutrofil.
·
Makrofaga
Makrofaga berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“pemakan sel yang besar”. Makrofaga adalah leukosit fagositik yang besar, yang
mampu bergerak hingga keluar system vaskuler dengan menyebrang membran sel dari
pembuluh kapiler dan memasuki area antara sel yang
sedang diincar oleh patogen. Di jaringan, makrofaga organ-spesifik
terdiferensiasi dari sel fagositik yang ada di darah yang disebut
monosit. Makrofaga adalah
fagosit yang paling efisien, dan bisa mencerna sejumlah besar bakteri atau sel
lainnya. Pengikatan molekul bakteri ke reseptor permukaan makrofaga memicu
proses penelanan dan penghancuran bakteri melalui "
serangan respiratori",
menyebabkan pelepasan
bahan oksigen reaktif.
Patogen juga menstimulasi makrofaga untuk menghasilkan kemokin, yang memanggil
sel fagosit lain di sekitar wilayah terinfeksi.
·
Neutrofil.
Neutrofil bersama dengan dua tipe sel lainnya:
eosinofil dan basofil dikenal dengan nama
granulosit karena keberadaan granula di
sitoplasma mereka, atau disebut juga dengan
polymorphonuclear karena bentuk inti sel mereka yang
aneh. Granula neutrofil mengandung berbagai macam substansi beracun yang mampu
membunuh atau menghalangi pertumbuhan bakteri dan jamur. Mirip dengan makrofag,
neutrofil menyerang patogen dengan
serangan respiratori.
Neutrofil adalah tipe fagosit yang berjumlah
cukup banyak, umumnya mencapai 50-60% total leukosit yang bersirkulasi, dan
biasanya menjadi sel yang pertama hadir ketika terjadi infeksi di suatu tempat.
Sumsum tulang normal dewasa memproduksi setidaknya 100 miliar neutrofil sehari,
dan meningkat menjadi sepuluh kali lipatnya juga terjadi inflamasi akut.
·
Sel
dendritik
Sel dendritik adalah sel fagositik yang terdapat
pada jaringan yang terhubung dengan lingkungan eksternal, utamanya adalah kulit
(umum disebut
sel Langerhans) dan
lapisan mukosa dalam dari
hidung,
paru-paru,
[lambung], dan
usus. Mereka dinamai sel
dendritik karena dendrit neuronal mereka, namun mereka tidak berhubungan dengan
sistem syaraf.
Sel dendritik sangat penting dalam proses kehadiran antigen dan bekerja sebagai
perantara antara sistem imun turunan dan sistem imun adaptif.
Fagositosis
dari sel dari organisme yang memilikinya umumnya merupakan bagian dari
pembentukan dan perawatan jaringan biasa. Ketika sel dari organisme tersebut
mati, melalui proses
apoptosis ataupun oleh kerusakan akibat infeksi
virus atau bakteri, sel fagositik bertanggung jawab untuk memindahkan mereka
dari lokasi kejadian. Dengan membantu memindahkan sel mati dan mendorong
terbentuknya sel baru yang sehat,
fagositosis adalah bagian penting dari proses
penyembuhan jaringan yang terluka.
b. Inflamasi.
Inflamasi merupakan respon tubuhterhadap
sel yang rusak, repon ini ditandai dengan adanya kemerahan, nyeri, panas,
bengkak. Tujuan inflamasi adalah untuk membatasi invasi oleh mikroba agar tidak
menyebar lebih luas lagi, serta memperbaiki jaringan atau sel yang telah rusak
oleh mikroba. Vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan permeabilitas
vaskular terjadi pada setiap inflamsi akut. Adanya vasodilatasi menyebabkan
kemerahan pada daerah yang terjadi inflamasi, sedangkan permebilitas vaskuler
menyebabkan keluarnya cairan yang plasma sehingga menyebabkan edema (bengkak).
Vasodilatasi dan permebilitas vaskuler disebabkan oleh mediator-mediator kimia
yaitu prostaglandin, bradikinin, histamin dan Interluikin.
c.
Substansi
antimikroba.
Substansi mikroba yang dimaksud adalah
komplemen. Sistem komplemen merupakan sistem yang penting dalam innate immunity
karena fungsinya sebagai opsonisator untuk meningkatkan fagositosis sel fagosit
dan kemoatrtaktor untuk menarik sel-sel radang yang menyebabkan inflamasi.
Komplemen juga bisa melisiskan bakteri secara langsung dengan membentuk sebuah
'hole' sehingga isi bakteri akan keluar (lisis). Komplemen yang ada di darah
harus diaktifkan sebelum dapat berperan dalam innate immunity. Ada 3 jalur
pengaktifan komplemen yaitu jalur klasik, jalur lektin dan jalur alternatif.
Pengaktifan komplemen jalur klasik membutuhkan intervensi antibodi dalam
pengaktifannya, sedangkan jalur lektin dan jalur alternatif tidak membutuhkan
antibadi untuk pengektifannya. Perbedaan antara Jalur lektin dan jalur
alternatif adalah dalam hal stimulator aktifnya jalur ini. Pada jalur lektin,
stimulatornya adalah MBL (Manose Binding lectin) suatu zat yang ada pada
didnding mikroba/bakteri. Sistem komplemen, semua jalur pengaktifannya akan
menghasilkan produk pecahan molekul kecil dan pecahan molekul besar. Produk
molekul kecil ini akan beredar ke darah dan produk yang besar akan berikatan
pada reseptornya. Jalur-jalur ini memecah C3 menjadi C3a (pecahan kecil) dan
c3b (pecahan besar). C3a (suatu anafilaktor) akan beredar ke darah. C3b mampu
mengopsonisasi bakteri agar dapat dengan mudah difagosit oleh makrofag. Jika
semua molekul komplemen C3b, C5b C6, C7, C8 dan C9 berikatan dengan sempurna,
maka akan dapat melisiskan bakteri.
Komponen lain yang berperan
sebagai innate immunity :
·
Sel mast
Sel mast adalah tipe sel imun turunan yang
berdiam di antara jaringan dan di membran mucus, dan sel mast sangat
berhubungan dengan bertahan melawan patogen, menyembuhkan luka, dan juga
berkaitan dengan
alergi dan
anafilaksis. Ketika
diaktivasi, sel mast secara cepat melepaskan granula terkarakterisasi, kaya
histamin dan
heparin, bersama dengan
berbagai mediator hormonal, dan
kemokin, atau kemotaktik
sitokin ke lingkungan. Histamin memperbesar
pembuluh
darah, menyebabkan munculnya gejala inflamasi, dan mengambil
neutrofil dan makrofaga.
·
Basofil dan Eosinofil
Basofil dan
eosinofil adalah sel yang berkaitan dengan
neutrofil. Ketika diaktivasi oleh serangan patogen, basofil melepaskan
histamine yang penting untuk pertahanan melawan
parasit, dan memainkan peran dalam
reaksi alergi (seperti
asma). Setelah diaktivasi,
eosinofil melepaskan
protein yang sangat
beracun dan
radikal bebas yang sangat efektif dalam membunuh
bakteri dan
parasit,
namun juga bertanggung jawab dalam kerusakan
jaringan selama reaksi alergi berlangsung.
Aktivasi dan pelepasan racun oleh eosinofil diatur dengan ketat untuk mencegah
penghancuran jaringan yang tidak diperlukan.
·
Sel pembunuh alami
Sel pembunuh alami adalah komponen dari sistem imun
turunan. Sel pembunuh alami menyerang sel yang terinfeksi oleh
mikroba,
namun tidak menyerang mikroba tersebut. Sel pembunuh menyerang dan
menghancurkan
sel tumor, sel yang
terinfeksi virus, dan sebagainya dengan proses yang disebut dengan
“missing-self”. Istilah ini muncul karena rendahnya jumlah penanda (
marker)
permukaan sel yang disebut MHC I (
major
histocompatibility complex), suatu keadaan yang muncul ketika
terjadi infeksi. Mereka dinamai sel pembunuh alami karena mereka bergerak tanpa
membutuhkan aktivasi.
KESIMPULAN
1.
Kekebalan
bawaan atau innate imunity merupakan suatu mekanisme pertahanan
tubuh yang paling pertama sehingga tubuh tidak terkena atau terlindungi dari berbagai
mikroba pathogen. Tetapi sistem pertahanan ini belum bisa mengenali mikroba
patogen secara spesifik atau masih bersifat umum untuk semua jenis mikroba.
2.
Kekebalan
bawaan di bagi menjadi dua langkah pertama pertahanan pertama meliputi secara
fisik, kimia dan flora normal yang ada di dalam tubuh. Pertahanan kedua
meliputi fagosit, inflamasi demam dan substansi antimikroba.
3.
Komponen lain yang berperan sebagai
kekebalan bawaan adalah sel mast, Basofil dan
Eosinofil serta sel pembunuh alamiah.