Minggu, 06 Oktober 2013

PENYAKIT LOKOMOTOR PADA HEWAN

PENYAKIT LOKOMOTOR PADA HEWAN

PENDAHULUAN
Lokomotor berasal dari kata loko “gerak”, dan motor “penggerak”. Jadi, lokomotor adalah gerak yang dilakukan oleh penggerak sedangkan sistem lokomosi adalah cara kerja gerak yang dilakukan oleh penggerak. Organ-organ yang terlibat dalam lokomotor :
1.      Tulang
Pada manusia jumlah tulang terdapat sekitar 206 yang semakin dewasa akan semakin banyak, terdiri dari tulang kepala, tulang muka, tulang telinga dalam, tulang lidah, tulang pembentuk kerangka dada, pembentuk tulang belakang dan gelang pinggul, tulang lengan, dan tulang kaki. Tulang tersusun atas sel, matriks protein, dan deposit mineral. Sel-sel pembangun tulang ada tiga, yaitu :
·         Osteoblast (sel pembentuk tulang).
Tulang baru dibentuk oleh osteoblas yang membentuk osteoid dan mineral pada matriks tulang, bila proses ini selesai osteoblas menjadi osteosit dan terperangkap dalam matriks tulang yang mengandung mineral. Berfungsi untuk mendukung pertumbuhan dan berkembang.
·         Osteosit, berfungsi memelihara konten mineral dan elemen organik tulang.
·         Osteoklas (sel pemangsa)
Menyerap tulang selama pertumbuhan dan perbaikan. Penyerapan tulang dengan cara mengeluarkan asam laktat dan kolagenase, menghancurkan mineral dan merusak kolagen. Osteon merupakan unit fungsional mikroskopis tulang dewasa. Bagian luar tulang diselimuti oleh membran fibrus padat disebut periosteum. Tulang berfungsi sebagai pemberi bentuk tubuh, alat gerak, melindungi organ-organ tubuh, dan sebagai tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah.

2.      Otot
Merupakan suatu organ yang memungkinkan tubuh dapat bergerak, gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk. Sitoplasma adalah benang-benang halus yang panjang disebut miofibril. Bagian-bagian otot yaitu, kepala otot(muskulus kaput), empal otot (muskulus venter), dan ekor otot (muskulus kaudal). Kepala dan ekor otot merupakan jaringan ikat kuat (tendon), yaitu tempat melekatnya otot pada tulang. Sel otot dibagi tiga golongan, yaitu :
o   Otot motoritas (otot serat lintang/otit kerangka), terdapat protoplasma yang memiliki garis-garis melintang. Otot ini dapat bergerak sesuai kemauan kita, pergerakannya cepat tetapi lekas lelah, dan rangsangan dialirkan melalui saraf motoris.
o   Otot otonom (otot polos), memiliki protoplasma licin dan tidak memiliki garis-garis melintang. Otot-otot ini terdapat pada ventrikulus, usus, kandung kemih, pembuluh darah, dll. Dapat bekerja sesuai kemauan kita (otot tak sadar) karena rangsangannya melalui saraf otonom.
o   Otot jantung, bentuknya menyerupai otot motoritas karena sel protoplasmanya terdapat serabut-serabut melintang yang bercabang. Fungsinya sama seperti otot polos dapat bergerak sendiri secara otomatis karena mendapat rangsangan dari susunan otonom.
3.      Saraf
Merupakan penghantar informasi, koordinasi dan pengaturan untuk mengontrol dan mengintegrasikan aktivitas tubuh. Fungsinya adalah menerima stimulus dari lingkungan, mengubah stimulus menjadi impuls, dan sebagai tempat berlangsungnya semua proses keiwaan dan psikis. Ada tiga bagian utama saraf, yaitu :
a.                Badan sel, mengandung inti sel, sitoplasma, organel-organel, badan Nissl, dan neurofibril. Merupakan pusat untuk mengatur kegiatan sel.
b.               Dendrit, merupakan cabang-cabang perpanjangan dari sitoplasma ke badan sel. Di dalamnya terdapat badan Nissl dan mitokondria. Fungsi dendrite adalah menghantarkan impuls menuju badan sel.
c.                Akson, menghantarkan impuls dari badan sel ke neuron/jaringan lain.

4.      Darah atau Pembuluh
Darah merupakan suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang berwarna merah beredar di dalam tubuh karena adanya kerja jantung. Fungsi darah sebagai alat pengangkut, pertahanan tubuh, dan menyebarkan panas ke seluruh tubuh. Darah teriri dari 2 bagian, yaitu sel-sel darah (sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keeping darah (trombosit)), dan plasma darah. Ada dua macam pembuluh darah, yaitu :
·         Pembuluh arteri
Adalah pembuluh darah yang keluar dari jantung membawa darah ke seluruh bagian dan alat tubuh. Arteri yang paling besar yaitu yang keluar dari ventrikel sinistra disebut aorta dan arteri pulmonalis, arteri memiliki dinding yang kuat dan tebal bersifat elastis.
·         Pembuluh vena
Adalah pembuluh darah yang membawa darah dari bagian/alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Bentuk dan susunan vena sama dengan arteri, vena yang ukurannya besar yaitu vena kava dan vena pulmonalis. Cabang vena yang lebih kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler.
Perhatikan posisi, cara berdiri dan berjalan hewan. Perisalah musculi dengan membandingkan ekstremitas kanan dan kiri. Serta melakukan palpasi. Perhatikan pula suhu, kontur, adanya rasa nyeri dan pengerasan. Pemeriksaan tulang seperti musculi diperhatikan bentuk, panjang dan keadaan. Coba gerak-gerakkan apakah ada rasa nyeri atau mungkin ada krepitasi (pada fraktur). Pemeriksaan radiologi bila perlu. Persendian diperiksa dengan cara inspeksi cara berjalan dan keadaan persendian, lakukan palpasi apakah ada penebalan, cairan (pada kantong synovial ataukah pada vagina tendinea). Gerak-gerakkan, perhatikan adanya rasa nyeri, atau kekakuan persendian (Boddie. 1962).


KELAINAN PADA SISTEM LOKOMOTOR
1.      TULANG PATAH TULANG
Patah tulang adalah kecelakaan umum untuk hewan kecil kekuatan yang berlebihan akan patah bahkan tulang normal dan kokoh. Biasanya disebabkan oleh trauma, seperti pada saat hewan tersebut ditabrak mobil. Ketika tulang melemah karena adanya penyakit yang mendasari, maka rentan terhadap fraktur bahkan dengan aktivitas normal. Patah tulang yang terjadi di bawah situasi ini disebut fraktur patologis atau patah tulang spontan. Contoh kondisi yang mempengaruhi tulang untuk fraktur patologis adalah malnutrisi, tumor tulang, dan tulang infeksi.
Fraktur dapat diklasifikasikan menurut daerah tulang panjang yang terlibat, jenis perpindahan tulang, dan apakah tulang yang terkena atau tidak. Sebuah tulang yang retak menjadi potongan-potongan yang berbeda dikatakan fraktur comminuted, sedangkan tulang yang hanya memiliki satu garis fraktur dapat digambarkan sebagai miring, melintang, atau tidak lengkap tergantung pada jalur melalui tulang. Jika tulang yang terkena, dikatakan menjadi fraktur terbuka atau majemuk. Jika tulang tidak terkena melalui kulit, fraktur ini disebut sebagai fraktur tertutup atau sederhana.
Tanda-tanda klinis patah tulang meliputi pembengkakan, berat ketimpangan bantalan rokok, dan pemindahan anggota tubuh kadang-kadang jelas. Diagnosis definitif dan rencana perawatan yang dibuat dengan radiografi.
Pengobatan bervariasi dengan jenis fraktur tetapi selalu melibatkan semacam fiksasi untuk menstabilkan tulang sehingga dapat menyembuhkan. Perangkat fiksasi eksternal digunakan termasuk splints, aparat Kirschner, atau gips. Perangkat fiksasi internal dapat mencakup pin, kabel, sekrup, atau pelat.
2.      CRUCIATUM RUP T URE
Hal ini terutama masalah anjing. Pecahnya ligamentum cruciatum di lutut biasanya terjadi karena trauma. Ligamentum yang robek biasanya ligamentum anterior (ACL). Ligamentum ini bertanggung jawab untuk menstabilkan lutut. Ketika ligamen lutut pecah menjadi tidak stabil menyebabkan osteoartritis sekunder.
Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik. Binatang itu akan lumpuh. Sendi dapat menunjukkan bukti pembengkakan dan nyeri pada palpasi. Sementara hewan berbaring di sisinya dokter harus dapat memperoleh tanda laci tengkorak dengan manipulasi sendi. Ini adalah diagnostik untuk pecah ACL.
Pengobatan harus terdiri dari koreksi bedah. Ada sejumlah pilihan bedah tersedia tetapi tujuan prosedur ini adalah untuk menstabilkan lutut, mudah-mudahan dengan meniru aksi dari ACL semaksimal mungkin. Dalam beberapa situasi manajemen medis dapat diupayakan. Ini akan terdiri dari pengurangan berat badan, istirahat dan penggunaan obat memodifikasi anti-inflamasi dan sendi. Ini mungkin bukan pilihan ideal karena bahkan setelah nyeri reda awal lutut masih tetap tidak stabil dan arthritis akan menjadi masalah di masa depan.
3.      PATELA KESELEO
Keseleo patella adalah masalah yang terlihat di kedua anjing dan kucing. Keturunan Miniatur anjing paling terpengaruh. Patela (tempurung lutut) slip keluar dari tempat menyebabkan rasa sakit hewan. Slip ini membuat sendi tidak stabil dan jangka panjang, akan menyebabkan perubahan rematik di lutut. Ada sejumlah faktor predisposisi termasuk trauma, obesitas dan kecenderungan genetik.
Diagnosa didasarkan pada gejala klinis. Binatang itu akan enggan untuk menekuk kakinya di sendi lutut. Pada palpasi, lutut dapat secara manual muncul dan keluar dari alur patella. Lutut mungkin sangat menyakitkan pada palpasi. Hewan mungkin memiliki "melompat-lompat" kiprah sebagai patela muncul keluar dari tempat di fleksi dan kembali ke tempatnya pada ekstensi.
Pengobatan yang ideal akan terdiri dari koreksi bedah dari cacat. Dalam beberapa kasus, manajemen medis mungkin menjadi pilihan. Pengendalian berat badan dan penggunaan obat anti-inflamasi dan bersama obat memodifikasi cairan atau Nutraceuticals dapat membantu.
4.      HIP DYSPLASIA
Hip displasia adalah penyakit kompleks yang terutama mempengaruhi tengah untuk trah berukuran besar anjing. Hip displasia memiliki dasar genetik dan insiden penyakit ini di beberapa keturunan sangat tinggi. Masalah utama adalah bahwa pinggul (kepala femoralis) tidak sesuai dengan benar ke soket pinggul (acetabulum). Karena ketidakstabilan yang hadir, dari waktu ke waktu, arthritis berkembang. Hal ini menyebabkan tanda-tanda klinis bahwa kebanyakan orang kenal. Binatang itu akan mengalami kesulitan bangun, naik tangga dan melompat naik ke permukaan lebih tinggi. Ujung belakang dapat bergetar atau menenun sebagai lapisan hewan. Mungkin ada otot dari kaki belakang karena kurangnya digunakan. Gaya berjalan dari anjing dyplastic digambarkan sebagai "kelinci lompat". Hewan itu adalah menyakitkan dan begitu enggan untuk melangkah keluar. Pada pemeriksaan fisik dokter mungkin menemukan bahwa hewan ini sangat menyakitkan ketika sendi panggul yang dimanipulasi. Mungkin ada suara kisi atau perasaan ketika pinggul yang berayun melalui jangkauan gerak. Rentang gerak terbatas. Pinggul mungkin sangat tidak stabil yang dokter benar-benar dapat "pop" pinggul keluar dari soket (tanda Ortolani).
Radiografi dapat membantu dengan membuat diagnosis. Penting untuk dicatat bahwa tanda-tanda klinis dan temuan radiografi tidak selalu berkorelasi. Binatang itu mungkin sangat menyakitkan dan menunjukkan perubahan radiografi minimal sambil hewan yang tidak menyakitkan mungkin memiliki pinggul mengerikan radiografi.
Pengobatan terdiri dari beberapa pilihan. Manajemen medis dengan obat anti-inflamasi dan bersama obat memodifikasi cairan, pembatasan olahraga, dan pengendalian berat badan kemungkinan pada hewan tua yang tidak terlalu parah. Pada hewan muda pilihan bedah harus dipertimbangkan. Osteotomy panggul, myotomy pectineal dan penggantian panggul total adalah beberapa teknik yang digunakan. Tujuan operasi adalah untuk memperbaiki ketidakstabilan yang hadir dalam sendi untuk mencegah osteoartritis sekunder. Pada hewan yang lebih tua yang tidak dapat dikelola secara medis, penggantian pinggul total atau dalam beberapa kasus, reseksi kepala femoral harus dipertimbangkan. Memberikan terapi fisik, seperti berenang, sangat penting apakah pengobatan medis atau operasi terpilih.
Banyak peternak teliti sedang berusaha untuk mengurangi kejadian penyakit ini pada jenis mereka. Hewan usia pembibitan memiliki perut-punggung (VD) radiografi dari pinggul mereka diambil dan dievaluasi sebelum memasukkan mereka dalam program pemuliaan. Hewan Pemuliaan adalah re-evaluasi setiap dua tahun (Yayasan ortopedi untuk Hewan atau OFA). Sebuah prosedur radiografi yang lebih baru (Penn Hip) memungkinkan evaluasi anak anjing sebelum membeli. Hewan harus dibius untuk posisi yang tepat dengan teknik radiografi baik. Bahkan dengan tindakan pencegahan ini, akan ada hewan displastik. Gen yang menyebabkan hip dysplasia merupakan kelipatan alel gen. Ini berarti bahwa orang tua dapat benar-benar normal radiografi namun masih menghasilkan anak anjing displastik! Peternak paling terkemuka akan menawarkan jaminan penggantian mengetahui bahwa meskipun upaya terbaik mereka, beberapa hewan mungkin masih memiliki masalah.
5.      OSTEOCHONDROSIS
Osteochondrosis adalah salah satu penyakit paling penting dan lazim ortopedi perkembangan kuda. Meskipun etiologi spesifik tidak diketahui, itu dianggap muncul dari gangguan fokus di osifikasi endochondral. Para osteochondrosis jangka saat ini digunakan untuk menggambarkan manifestasi klinis dari gangguan tersebut, namun dyschondroplasia jangka lebih disukai ketika mengacu pada lesi awal karena lesi primer terlihat pada tulang rawan. Osteochondrosis memiliki etiologi multifaktorial yang meliputi pertumbuhan yang cepat, kelebihan gizi, ketidakseimbangan mineral, dan biomekanik (yaitu, trauma pada tulang rawan). Genetika telah terlibat dalam beberapa keturunan (misalnya, Warmblood Standardbred dan Swedia). Kondisi ini terutama mempengaruhi tulang rawan artikular pertumbuhan, tetapi metaphysis juga mungkin terlibat. Jika tulang rawan metaphyseal physeal dipengaruhi, kontur tulang dan pertumbuhan longitudinal terganggu. Keterlibatan kartilago artikular pada pinggiran permukaan sendi menyebabkan perubahan regresif pada margin bersama, lesi bedah, dan pembentukan flaps (osteochondrosis). Lesi artikular Tengah, karena menahan beban efek, melibatkan retensi fokal tulang rawan di dalam tulang subchondral. Keterlibatan rangka aksial mencakup aspek artikular tulang belakang, dan ini dapat menyebabkan stenosis kanalis vertebralis dan, akhirnya, ataksia dan defisit proprioseptif (yaitu, dpt dipercaya syndrome).
Klinis Temuan:
Tanda-tanda klinis osteochondrosis kuda yang sulit untuk dikarakterisasi secara khusus karena berbagai lesi dan situs yang terlibat. Pada kasus berat, tanda-tanda lain dari penyakit ortopedi perkembangan juga mungkin tidak terlihat. Selanjutnya, lesi dyschondroplasia tidak selalu berkembang menjadi osteochondrosis dan menghasilkan tanda-tanda klinis. Tanda-tanda ini mungkin mulai dengan kekakuan ringan atau kepincangan, tetapi jika ada ditumpangkan trauma biomekanis, kerusakan sendi berkembang menjadi rasa sakit dan lumpuh atau kehilangan kinerja. Tanda paling umum dari osteochondrosis adalah distensi nonpainful dari sendi yang terkena (misalnya, rawa gonitis, spavin). Tanda-tanda klinis dapat dibagi menjadi dua kategori luas, yang terlihat pada anak kuda <6 akibat="" anak="" anggota="" badan="" banyak="" berbaring.="" bersama="" bulan="" cepat.="" dalam="" dan="" dapat="" dari="" dengan="" di="" dicatat="" disertai="" fetlock="" hal="" hewan="" ini="" kali="" kecenderungan="" kekakuan="" kesulitan="" konformasi="" kuda="" lain="" lama="" lebih="" menghabiskan="" menjadi="" menjaga="" menyertainya="" muda="" mungkin="" osteochondrosis="" p="" pada="" paddock.="" pembengkakan="" pengembangan="" pertama="" pertumbuhan="" sebagai="" sebuah="" sering="" tanda="" tegak="" terlihat="" terutama="" tua.="" tua="" untuk="" waktu="" yang="">
Ketimpangan ditandai tidak biasanya fitur osteochondrosis kuda, meskipun terlihat dengan kerusakan di beberapa situs. Misalnya, luka di bahu sering mengakibatkan ketimpangan sedang sampai parah, atrofi otot, dan nyeri pada fleksi sendi. Dalam menahan, beberapa kuda dengan kista tulang subchondral di masa sekarang kondilus medialis femoralis dengan ketimpangan yang cukup parah patah tulang dapat diduga tetapi tanpa sebuah situs yang terlihat sakit atau pembengkakan sendi. Asal sebenarnya dari rasa sakit di osteochondrosis tidak diketahui. Kuda sering menunjukkan perubahan patologis parah tanpa menunjukkan rasa sakit atau penderitaan banyak berbeda dengan beberapa situasi terlihat di beberapa spesies lain dan situs (misalnya, siku anjing). Tanda-tanda utama dalam yearlings atau kuda tua adalah kekakuan sendi, respon fleksi, dan berbagai tingkat ketimpangan. Tanda-tanda ini biasanya berhubungan dengan timbulnya pelatihan dan, oleh karena itu, menunjukkan pengaruh yang biomekanik dan aktivasi subklinis atau "diam" lesi.
Diagnosis:
Diagnosis klinis sering dapat dibuat atas dasar signalment dan tanda-tanda. Diagnosis yang lebih pasti memerlukan penggunaan sejumlah alat bantu klinis yang spesifik. Pemeriksaan radiografi telah menjadi metode tradisional diagnosis konfirmasi, namun, lesi awal yang melibatkan tulang rawan tanpa kerusakan tulang yang signifikan subchondral tidak akan divisualisasikan. Pada ekstremitas distal, pandangan miring dapat membantu, dalam gadaian, karena situs yang paling umum dari lesi adalah punggungan menengah distal tibia, tampilan terbaik adalah plantarolateral / dorsomedial miring. Pemeriksaan ultrasonografi sendi bengkak juga dapat membantu dan dapat menggambarkan kerusakan artikular dan Cara paling akurat untuk mengkonfirmasi diagnosis adalah dengan arthroscopy, dan sebagian besar situs kesukaan dapat diakses kecuali untuk artikulasi serviks "tikus bersama.".
Alat bantu lainnya termasuk pencitraan nuklir (skintigrafi), yang biasanya memiliki hasil negatif kecuali ada kerusakan tulang aktif sekunder. Pencitraan resonansi magnetik sangat ideal untuk diagnosis dari kedua lesi awal dan akhir tapi tidak banyak tersedia. Patologi klinik dan evaluasi cairan sinovial dapat membantu tapi digunakan sebagian besar untuk menghilangkan penyebab inflamasi sendi bengkak.
Pengobatan dan Manajemen:
Pengelolaan osteochondrosis tergantung pada lokasi dan keparahan dari tanda-tanda. Kasus ringan sembuh secara spontan, dan pendekatan konservatif mungkin tepat. Pada hewan muda (<12 akan="" apakah="" asam="" atau="" beberapa="" benar-benar="" bermanfaat="" bulan="" dan="" dapat="" defisiensi="" dengan="" diambil="" dicurigai="" diet="" dikembangkan="" dikombinasikan="" hal="" harus="" hialuronat="" ini="" injeksi="" intra-artikular="" kasus="" khusus="" konsumsi="" kontroversial="" kortikosteroid="" laju="" lama="" lanjut="" latihan="" lebih="" long-acting="" melibatkan="" memastikan="" membantu="" membatasi="" memperbaiki="" memperlambat="" mencegah="" mengurangi="" meningkatkan="" mineral="" minggu="" misalnya="" mungkin="" p="" pada="" pakan="" pejantan.="" pembengkakan="" pengobatan="" penurunan="" perhatian="" pertanian="" pertumbuhan.="" resolusi="" sekali="" sesuai="" setiap="" sinovitis="" suplementasi="" tanda-tanda="" telah="" tembaga="" terbatas="" terkait.="" tetapi="" untuk="" yang="">
Kasus-kasus dipertimbangkan untuk operasi terutama diperlakukan arthroscopically. Teknik ini telah berhasil dalam situs yang paling terkena dampak, terutama gadaian itu, menahan, dan Fetlock. Selain menghapus tulang rawan rusak dan bagian lepas dari tulang subkondral (yaitu, "tikus bersama"), dan tulang yang mendatar lesi curetted dan sendi memerah ekstensif. Prognosis harus baik dalam semua kecuali kasus-kasus dengan gangguan sendi yang parah atau arthrosis sekunder (penyakit sendi degeneratif).
Pengobatan lesi osteochondrotic di bahu sering lebih problematis untuk mengobati pembedahan karena akses arthroscopic lebih sulit, dan biasanya ada lebih luas kerusakan tulang subchondral, seringkali dengan pembentukan kista ganda. Oleh karena itu, prognosis selalu lebih dijaga.


REFERENSI



Penyakit non infeksi



Penyakit non infeksi (juga disebut Non-penyakit menular [NCD]) adalah mereka penyakit yang tidak disebabkan oleh patogen dan tidak dapat dibagi dari satu orang ke orang lain. Sebaliknya, penyakit menular yang disebabkan oleh organisme patogen penyakit menular . Ada banyak jenis penyakit non infeksi. Beberapa contoh adalah kanker , asma , dan penyakit jantung . Non-penyakit menular dapat disebabkan baik oleh lingkungan, kekurangan gizi, pilihan gaya hidup, atau warisan genetik. Tidak seperti penyakit menular, penyakit non infeksi menular atau tidak menular, meskipun beberapa jenis dapat diturunkan secara genetik kepada anak-anak dari carrier. 

Secara historis, penyakit infeksi adalah penyebab utama kematian di dunia dan, memang, di beberapa daerah berkembang ini masih mungkin terjadi. Dengan pengembangan antibiotik dan program vaksinasi, penyakit menular tidak lagi penyebab utama kematian di dunia barat. Non-penyakit menular yang sekarang bertanggung jawab untuk penyebab utama kematian di kedua maju dan beberapa negara berkembang. Beberapa kondisi medis yang tidak menular di alam, tetapi juga tidak biasanya diklasifikasikan dengan non-penyakit menular. Ini termasuk beberapa jenis kerusakan fisiologis, beberapa penyakit mental, dan beberapa kondisi yang tidak klasik dianggap "penyakit", seperti penyalah gunaan zat , penuaan dan obesitas.

Dehidrasi


Dehidrasi (''hypohydration'') didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh yang berlebihan. Ini secara harfiah adalah penghilangan air dari obyek, namun dalam hal fisiologis, itu memerlukan kekurangan cairan dalam organisme.
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.
Dehidarasi terjadi karena
§  kekurangan zat natrium;
§  kekurangan air;
§  kekurangan natrium dan air.
Dehidrasi secara harfiah didefinisikan sebagai kondisi turunnya volume cairan di dalam tubuh. Cairan tubuh yang dimaksud yaitu semua bagian cair dari tubuh selain zat padat yang ada pada tubuh, termasuk dalam kategori ini adalah cairan darah, cairan limpoid, cairan intrasel, cairan ekstrasel/intersiil, cairan serebrospinal, cairan sendi, dan lain sebagainya.(Junaidi, 2011)
Total cairan tubuh hewan adalah sekitar 60% dari seluruh volume tubuhnya, yang terdiri atas 40% cairan intrasel, dan 20% cairan ekstrasel –yang tersusun atas 15% cairan interstisiil dan 5 % cairan plasma. Namun dalam beberapa kasus, dapat terjadi hilangnya cairan dari dalam tubuh yang dapat mengancam keselamatan hewan –apabila tidak segera dikoreksi melalui terapi cairan. Kehilangan cairan pada tubuh hewan dapat terjadi akibat pendarahan, diare, muntah, terbakar, poliuria, dan lain-lain. Dalam kondisi tersebut, akan terjadi dilatasi (pelebaran) pembuluh darah, turunnya volume aliran darah, yang lebih jauh akan menyebabkan turunnya kemampuan jantung untuk memompa darah –karena darah yang begitu kental. “kondisi ini dapat berakibat fatal apabila tidak segera dilakukan terapi cairan,” demikian tegas Drh. Setyo Budhi, MP, selaku pembicara dalam acara Continue Education yang diselenggarakan di Rumah Sakit Hewan Soeparwi – Yogyakarta, pada 7 Agustus 2010.
Ada tiga jenis utama dari dehidrasi:
·         hipotonik (terutama kehilangan elektrolit, natrium khususnya),
·         hipertonik (terutama kehilangan air), dan
·         isotonik (kehilangan air yang setara dan elektrolit).
Dehidrasi terbagi dalam tiga jenis berdasarkan penurunan berat badan, yaitu
·         Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan),
·          Dehidrasi  sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan), dan
·          Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan).
Ciri-ciri dehidrasi ringan-sedang adalah mulut kering dan lengket, mengantuk/lelah, haus, urin sedikit, airmata kurang/kering dan otot lemah, dan sakit kepala/pusing/silau melihat sinar. Sedangkan ciri-ciri dehidrasi berat adalah haus berat, sangat mengantuk dan kebingungan, tidak berkeringat, urin sedikit berwarna kuning gelap/tidak ada urin, mata cekung, menggigil, kulit kering dan elastisitas hilang, tekanan darah rendah, nadi cepat, panas serta kesadaran menurun. Selain mengganggu keseimbangan tubuh, pada tingkat yang sudah sangat berat, dehidrasi bisa pula berujung pada penurunan kesadaran, koma, hingga meninggal dunia, atau tidak.
Praktisi sekaligus pengajar pada bagian Bedah Fakultas Kedokteran Hewan ini menambahkan, dalam kondisi normal tubuh hewan mampu menjaga keseimbangan cairan yang masuk melalui air minum, pakan dan hasil metabolisme, dengan cairan yang keluar melalui feses, urin, penguapan, dan air susu –apabila menyusui. Namun, apabila hewan kehilangan cairan akibat sebab-sebab yang telah disebutkan di atas, keseimbangan cairan ini akan mengalami gangguan. Apalagi, dalam kondisi ini pada umumnya hewan mengalami gangguan asupan air –biasanya hewan tidak mau makan atau minum. Dengan demikian, diperlukan tindakan terapi cairan untuk mengembalikan cairan di dalam tubuh yang hilang.
Menurut Budhi, terapi cairan yang dilakukan tersebut tidak hanya mengoreksi volume cairan yang hilang, namun juga mengembalikan komposisi elektrolit dalam cairan tubuhnya (lihat tabel 2), kondisi keasaman (pH) dan tekanan osmotiknya. Dengan demikian, cairan yang dimasukkan ke dalam tubuh hewan harus memiliki komposisi yang sesuai dengan yang dibutuhkan untuk mengembalikan keempat hal tersebut kembali kepada kondisi normal.
Berikut ini merupakan perhitungan untuk pemberian/terapi cairan pada hewan yang dehidrasi:
Existing deficit (ml) = berat badan (kg) x % dehidrasi x 1000
Maintenance requirements = berat badan (kg) x 40-60 ml/kg/day
Continuing losses = perkiraan kehilangan cairan (ml/day)

contoh :
Jika seekor anjing dengan berat 20 kg mengalami dehidrasi akibat anorexia dan diare selama 3 hari. Pasien mengalami penurunan elasitas kulit (Tugor kulit menurun), membran mukosa kering, dan lamanya CRT (Capillary Refilling Time). Pada pemeriksaan lab ditemukan PCV 57%, protein plasma 8,6 g/dl, BUN 38 mg/dl, dan berat jenis urin 1.060. Sehingga perkiraan kehilangan cairan adalah 8%. Berapakah jumlah cairan yang dibutuhkan oleh pasien ?
Existing deficit (ml) = 20 (kg) x 8% (0,08) x 1000 = 1600
Maintenance requirements = 20 (kg) x 50 ml/kg/day = 1000
Continuing losses   = 400
Total = 3000 (ml)

Evaluasi dehidrasi
Untuk mengetahui tingkat dehidrasi secara pasti, menurut Budhi, harus dilakukan evaluasi kondisi hewan dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Dari data-data inilah kemudian interpretasi dan perkiraan kekurangan cairan dari pasien dapat diketahui. Sungguhpun demikian, menurut Budhi, tidak ada metode obyektif untuk mengalkulasi tingkat dehidrasi, metode yang dipakai adalah berdasarkan evaluasi secara kualitatif –berdasarkan parameter kondisi fisik. Pada umumnya, dehidrasi baru akan menimbulkan gejala klinis jika angkanya di atas 4%. Dalam perjalanannya, gejala klinis akan meningkat apabila tingkat dehidrasi di atas 10%. 
Sebagai langkah awal, pemilik dapat mengetahui hewan kesayangannya mengalami dehidrasi atau tidak, dari tanda-tanda fisiknya. Hewan yang mengalami dehidrasi akan terlihat lemah dan lesu. Lidah terlihat pucat dan mengkerut, dengan mukosa kering serta turgor kulit menurun –apabila dicubit akan lambat kembali ke posisi semula. Kemudian, untuk memeriksa lebih pasti keadaan dehidrasinya, tekanlah dengan ujung jari gusi hewan. Warna bagian gusi yang telah ditekan akan berubah dari putih menjadi kembali memerah. Apabila perubahan waktu lebih dari 2 detik, itu artinya hewan dalam keadaan dehidrasi –CRT/Capillary Refill Time lebih dari 2 detik. Tanda lainnya hewan –terutama kucing dan anjing-- yang mengalami dehidrasi adalah produksi urinnya kurang dari 2 cc/kg bobot badan per jam. Apabila ketiga tanda-tanda tersebut dialami oleh hewan kesayangan anda, maka segeralah bawa ke dokter hewan untuk mendapatkan penanganan terapi cairan atau penanganan medis lainnya. Karena tidak jarang, dehidrasi merupakan gejala awal proses penyakit yang dapat memperparah kondisi kesehatan hewan kesayangan anda.

Diagnosa dehidrasi

1.       Hewan lemah, lesu, lidah pucat mengkerut, mukosa kering, turgor kulit menurun.
2.       Perfusi jaringan perifer : CRT > 2 detik .
3.      Produksi urin kurang dari 2 cc/kg bobot badan per jam.
Pencegahan dehidrasi

            Kita tentu tidak mengarapkan hewan kesayangan mengalami dehidrasi atau bahkan yang lebih parah dari itu. Dari sisi medis kedokteran hewan, tindakan pencegahan adalah yang paling baik bagi kesehatan hewan. Satu hal yang perlu dicamkan adalah memenuhi kebutuhan cairan harian mereka sesuai dengan yang telah direkomendasikan oleh berbagai ahli kesehatan hewan. Sediakanlah air bersih dalam jumlah yang cukup, serta bersihkanlah tempat minumnya setiap hari. Cara ini akan membantu mereka mempertahankan status hidrasi mereka dalam kondisi prima.
DEHIDRASI TANDA-TANDA
·         < 4% ada informasi kehilangan cairan tubuh, seperti : muntah, pendarahan, diare, dll.
·         4 – 6% turgor kulit sedikit menurun
·         6 – 8% turgor kulit agak menurun, mukosa agak kering, pulsus normal, agak tachycardia, kencing berkurang.
·         8 – 10% turgor kulit turun, mukosa kering, mata kering, oliguria, pulsus cepat, tachycardia, mukosa kering dan pucat.
·         10% - 12% turgor kulit sangat turun, mukosa membran kering, pulsus cepat dan lemah, napas cepat, depresi.

Kamis, 18 April 2013

Toksikologi


Perbedaan Endotoksin dan Eksotoksin

Bakteri patogen mempunyai kemampuan memproduksi toksin yg berfungsi sebagai alat utk merusak sel inang dan mendapatkan nutrisi yang diperlukan dari sel inangnya. Toksin yang berasal dari bakteri adalah komponen racun terlarut yang diproduksi oleh bakteri, dan menyebabkan pengaruh negatif terhadap sel-sel inang dengan cara mengubah metabolisme normal dari sel inang tersebut. Toksin yang dihasilkan oleh bakteri ini bisa dibedakan atas dua jenis yaitu endotoksin dan enterotoksin. Berikut akan dijelaskan perbedaan antara endotoksin dan eksotoksin.
Endotoksin adalah toksin yang merupakan bagian integral dari dinding sel bakteri Gram negatif. Aktivitas biologis dari endotoksin dihubungkan dengan keberadaan lipopolisakarida (LPS). LPS merupakan komponen penyusun permukaan dari membran terluar (outer membran) bakteri Gram negatif seperti E. coli, Salmonella, Shigella dan Pseudomonas. LPS terletak pada membran terluar. Karena LPS hanya dimiliki oleh bakteri Gram negatif, maka endotoksin dapat dikatakan sebagai toksin yang khas dimiliki oleh bakteri Gram negatifEfek toksik dari LPS disebabkan oleh komponen lipid (lipid A) dari LPS sementara polisakarida O yang hidrofilik berperan sebagai carrier pembawa lipid A. Gejala penyakit karena aktivitas endotoksin (LPS) terjadi jika bakteri mati (misalnya karena aktivitas antimikroba, aktivitas phagosit atau obat antibiotika) dan mengalami lisis sehingga LPS akan dilepas ke lingkungan. Endotoksin akan memberi efek negatif jika terdapat dalam jumlah yang cukup besar (LPS lebih dari 100 μg). Karena bersifat non enzimatis, maka mekanisme reaksinya tidak spesifik. LPS menyerang sistim pertahanan tubuh menyebabkan demam, penurunan kadar besi, peradangan, pembekuan darah, hipotensi dan sebagainya. EKSOTOKSINEksotoksin merupakan komponen protein terlarut yang disekresikan oleh bakteri hidup pada fase pertumbuhan eksponensial. Produksi toksin ini biasanya spesifik pada beberapa species bakteri tertentu (bisa Gram positif maupun Gram negatif) yang menyebabkan terjadinya penyakit terkait dengan toksin tersebut. Sebagai contoh, toksin botulin hanya dihasilkan oleh Clostridium botulinum, Pada beberapa pathogen, toksin merupakan faktor virulence: toksin hanya diproduksi oleh strain yang virulent. Beberapa patogen bisa mensekresikan eksotoksin ke dalam pangan.
Pada kondisi ini, walaupun bakterinya tidak ada, toksin akan menyebabkan keracunan pangan jika masuk ke saluran pencernaan (intoksikasi). Pada beberapa patogen, bakteri hidup masuk ke saluran pencernaan dan memproduksi toksin yang dapat menyebabkan keracunan pangan (toksiko-infeksi).Eksotoksin berukuran lebih besar dari endotoksin, dengan berat molekul sekitar 50 – 1000 kDa. Toksin ini berfungsi seperti enzim dan memiliki sifat-sifat enzim yaitu terdenaturasi oleh panas, asam dan enzim proteolitik. Potensi toksiknya tinggi (konsentrasi 1 μg dapat menyebabkan keracunan). Aktivitas biologis dari eksotoksin berlangsung dengan mekanisme reaksi dan substrat yang spesifik. Substrat (didalam inang) bisa berupa komponen dari sel-sel jaringan, organ atau cairan tubuh. Biasanya, bagian yang dirusak oleh toksin mengindi-kasikan lokasi dari substrat untuk toksin tersebut. Istilah seperti enterotoksin, neuro-toksin, dan hemolysin kadang-kadang digunakan untuk mengindikasikan sisi target dari suatu eksotoksin. Eksotoksin bersifat antigenik. Artinya, secara in vivo, aktivitasnya da-pat dinetralkan oleh antibody yang spesifik untuk eksotoksin tersebut. Beberapa eksotoksin memiliki aktivitas sitotoksik yang sangat spesifik. Misalnya, toksin botulin yang hanya menyerang syaraf. Beberapa eksotoksin yang lain memiliki spektrum aktivitas yang lebih lebar dan menyebabkan kematian (nekrosis) dari beberapa sel dan jaringan (non spesifik) misalnya toksin yang diproduksi oleh staphylococci, streptococci, clostridia, dan sebagainya. Toksin dengan spektrum aktivitas yang lebar ini biasanya merusak membran sel inang dan menyebabkan kematian sel karena terjadinya kebocoran isi sel.Sitotoksin menyebabkan kerusakan secara intraseluler (didalam sitoplasma sel inang).
Perbedaan eksotoksin dan endotoksin
Eksotoksin
Endotoksin
1. Diproduksi oleh sel bakteri hidup, konsentrasinya tinggi dlm media cair
Diproduksi oleh sel bakteri yang telah mati
2. Tersusun atas molekul polipeptida,
Tersusun atas lipopolisakarida kompleks, dimana gugus lemak mrpk penentu tingkat toksisitasnya
3. Relatif tidak stabil pada pemanasan; rusak pd >600C, toksin akan kehilangan daya toksisitasnya
Masih stabil pd 600C selama 2 jam tanpa mengubah daya toksisitasnya
4. Bersifat antigenik; mampu menstimulasi membentukan antibodi. Mampu merangsang pembentukan antitoksin
Tidak bersifat antigenik, tidak mampu menstimulasi pembentukan antitoksin. Hanya mampu membentuk antibodi terhadap gugus polisakaridanya
5. Bisa dibuat toksoid dgn. Penambahan formalin, asam, pemanasan dll.
Tidak dapat dibuat toksoid
6. Mempunyai sifat toksisitas tinggi, fatal pd hewan coba pd dosis yg sangat kecilDosis rendah sdh mampu menimbulkan gejala
Lebih ringan, pd dosis tinggi fatalDiperlukan dosis tinggi untuk dapat menimbulkan gejala
7. Tidak menimbulkan demam pd inang
Menimbulkan demam pd inang

BABESIOSIS DI ANJING


Babesia sp. adalah organisme protozoa yang eritro parasitisis, menyebabkan anemia pada inang. Banyak spesies yang berbeda yang ada dengan berbagai spesifisitas inang. B. canis dan B. gibsoni dua organisme dikenal menginfeksi anjing. Kedua organisme telah Ixodid vektor kutu dan ditemukan di seluruh Asia, Afrika, Eropa, Timur Tengah, dan Amerika Utara, dengan B. canis yang lebih umum. Infeksi oleh B. gibsoni meningkat dalam frekuensi, khususnya di Amerika Utara, meskipun tidak ada spesies kutu tertentu di daerah ini yang telah terbukti menularkan penyakit. Namun, Rhipicephalus sanguineus dan variabilis Dermacentor diyakini sebagai vektor potensial penyakit. Ada juga bukti bahwa beberapa transmisi hewan ke hewan langsung dapat terjadi, seperti ketika anjing terinfeksi dengan lecet lisan gigitan anjing. Kennel pengaturan dengan pengawasan yang tipis dan kontrol berada pada risiko yang lebih tinggi untuk hewan ditempatkan untuk mengembangkan Babesiosis.
Perkembangan teknologi genetika telah memberi kontribusi pada delineasi antara spesies dan subspesies dari organisme Babesia. Tiga subspesies B. canis telah diidentifikasi menggunakan RFLP (polimorfisme panjang fragmen restriksi) analisis PCR (polymerase chain reaction) RNA subunit diperkuat kecil ribosom. Ini subspesies telah bernama Babesia canis canis, B. canis vogeli, dan B. canis rossi (3). Analisis DNA dari dua organisme yang menyebabkan Babesiosis di Amerika Utara dan Asia, setelah diyakini B. gibsoni, telah menunjukkan bahwa dua organisme milik spesies yang berbeda (12).
Babesiosis Canine adalah penyakit protozoa yang ditularkan oleh kutu. Ini adalah dari genus Babesia protozoa, yang meliputi organisme bersel satu yang merupakan parasit dari sel darah merah. Babesiosis Canine terjadi di seluruh dunia, terutama di daerah di mana kutu yang lazim. Hewan peliharaan muda cenderung menjadi terinfeksi paling sering, dan dengan gejala yang lebih buruk.
Penyebab Babesiosis Canine
Babesia adalah genus protozoa yang disebarkan oleh gigitan kutu. Kedua spesies kutu yang dipercaya untuk menyebarkan penyakit ini pada anjing adalah Rhipicephalus sanguineus, atau Tick Dog Brown, dan variabilis Dermacentor, atau Tick Dog Amerika.
Centang gigitan hewan yang terinfeksi dan ingests yang Babesia protozoa dalam makan darah. Ini kemudian melepaskan dari hewan itu dan mencerna makan darah, yang regurgitated ke host berikutnya sebagai antikoagulan. Protozoa kemudian akan melampirkan dan menembus sel-sel darah merah, yang sistem kekebalan tubuh anjing Anda akan menargetkan dan menghancurkan.
Ibu dapat menyebarkan penyakit ini kepada anak-anak anjing yang belum lahir mereka, sehingga perempuan yang terinfeksi tidak boleh dibesarkan. Ada beberapa bukti bahwa Babesiosis dapat menyebar melalui anjing menggigit mamalia lainnya.
Siklus Hidup
 Siklus khas kehidupan Babesia spp. disajikan pada Gambar 3. Setelah lampiran kutu yang terinfeksi, Babesia spp. trophozoites dilepaskan ke dalam darah, menginfeksi eritrosit. Dalam eritrosit, parasit mengalikan dengan pembelahan biner, bentuk aseksual schizogony. Kutu naif melampirkan anjing dan menjadi terinfeksi Babesia spp. ketika mereka menelan makan darah.
Tanda & Gejala Babesiosis Canine
  • Pale lidah, gusi, dan hidung karena kekurangan parah sel darah merah
  • Lebih besar dari 105,8 Demam
  • Kehilangan nafsu makan
  • Kelesuan
  • Merah atau oranye urin
  • Pembesaran kelenjar getah bening
Penyakit ini kadang-kadang dikaitkan dengan lainnya tick-borne penyakit, seperti penyakit Lyme, ehrlichiosis anjing, dan Rocky Mountain spotted fever, antara lain. Hal ini dapat membuat gejala lebih buruk dan menyulitkan diagnosis.
Temuan Klinis
Kasus Babesiosis anjing dapat hadir dengan variasi yang luas dari keparahan gejala klinis, mulai dari, hiperakut krisis kejutan-terkait, untuk hemolitik tanpa gejala suatu, subklinis infeksi (11). Biasanya hadir dengan bentuk akut Babesiosis, yang ditandai dengan temuan  umum seperti demam, lemah, pucat membran mukosa, depresi, limfadenopati, splenomegali, dan malaise umum (2) anjing. Penelitian laboratorium dapat mendokumentasikan anemia, trombositopenia, hipoalbuminemia, dan bilirubinuria (5,2,11). Awalnya, anemia adalah  normositik, normokromik, dan nonregenerative, tetapi kemudian berkembang menjadi anemia, makrositik, hipokromik regeneratif dengan retikulositosis (5,11). Anemia adalah hipokromik karena retikulosit belum terbentuk konsentrasi hemoglobin dewasa mereka.
Diagnosis Babesiosis Canine
Babesiosis telah klasik didiagnosis dengan menunjukkan trophozoites intraerythrocytic pada hapusan darah. Giemsa, Romanowsky, Field, dan noda dimodifikasi Wright cocok untuk tujuan ini. B. canis umumnya muncul sebagai suatu dipasangkan, Piriform sosok berukuran 5 x 2-3 mikrometer (Gambar 1). B. gibsoni biasanya lebih kecil (berukuran 1,9 x 1,2 mikrometer), tunggal, dan meterai berbentuk cincin (Gambar 2). Sampling darah dari tempat tidur kapiler (dari telinga, misalnya) menghasilkan noda lebih daripada diagnostik sampel darah dari vena besar (8). Isolasi eritrosit terinfeksi dengan gradien Percoll dapat digunakan untuk meningkatkan pemulihan dan identifikasi eritrosit parasitoid (4). Tingkat parasitemia sangat rendah dengan B. canis, tapi bisa berkisar dari 2% sampai 6% (atau lebih) dari populasi eritrosit dengan B. gibsoni (7).

Gambar. 1. Preparat, anjing, noda Wright. Besar, piroplasms sedikit tidak teratur Babesia canis hadir dalam eritrosit. Gambar. 2. Preparat, anjing, noda Wright. Inklusi dari Babesia gibsoni lebih kecil, berbentuk cincin, dan lebih banyak daripada B. canis.
Tes diagnostik lainnya menjadi semakin tersedia untuk mendiagnosa Babesiosis. Teknik-teknik ini termasuk FA (antibodi fluorescent) pewarnaan organisme dan diproduksi secara komersial ELISA tes (untuk B. canis saja) (2). Uji serologi dalam diagnosis Babesiosis memiliki keterbatasan. Hasil tes positif tergantung pada respon antibodi oleh tuan rumah, yang bisa memakan waktu hingga sepuluh hari untuk mengembangkan (4). Probing untuk penanda genetik dari produk PCR diamplifikasi dari asam nukleat parasit adalah sensitif dan spesifik untuk diagnosis penyakit, namun teknik ini belum tersedia saat ini untuk pengujian rutin (2).

Patofisiologi
Studi penelitian telah menunjukkan bahwa tahap awal infeksi Babesia sp. menyebabkan hipotensi sistemik. Pergeseran cairan pengganti dari interstisial ke kompartemen intravaskuler bertanggung jawab atas penurunan langsung dalam hematokrit dan peningkatan volume plasma (9,10). Hipotensi sistemik juga nikmat interaksi eritrosit terparasit dengan membran sel endotel, yang memungkinkan local area proliferasi organisme (9). Selain itu, respon fase akut dirangsang dalam host meregulasi ligan pada permukaan sel endotel, sehingga meningkatkan agregasi sel darah merah. Sebuah koagulopati konsumtif, dikaitkan dengan antigen plasma larut (SPA) yang diproduksi oleh Babesia spp., Dipicu di fokus agregasi eritrosit dan proliferasi organisme. Vaksinasi individu naif dengan SPA akan menghambat perkembangan tanda-tanda klinis pada tantangan dengan Babesia spp., Tetapi tidak akan mempengaruhi perkembangan parasitemia (9,10).
Mekanisme utama dari cedera jaringan yang disebabkan oleh Babesia spp. adalah iskemia (kerusakan hipoksia) (6). Eritrosit dipertahankan dan dihancurkan dalam jumlah besar dalam sinusoid lienalis (10). Jumlah tersebut eritrosit parasitoid dapat ditemukan di tempat tidur kapiler lain di seluruh tubuh. Hati yang serius, ginjal, paru, jantung, limpa, dan patologi intrakranial dapat terjadi (5,11).
Pengobatan dan Pencegahan
 Catatan: Pengobatan hewan hanya boleh dilakukan oleh seorang dokter hewan berlisensi. Dokter hewan harus berkonsultasi literatur saat ini dan formularium farmakologis saat sebelum memulai setiap protokol pengobatan.
Agen kemoterapi saat ini digunakan untuk mengobati Babesiosis anjing tidak mampu sepenuhnya menghilangkan penyakit, mereka hanya mampu membatasi angka kematian dan beratnya gejala klinis (2). Dua suntikan diproprionate Imidocarb pada 5,0-6,6 mg / kg diberikan subkutan atau intramuskular pada selang waktu 2 sampai 3 minggu yang terkenal efektif (8). Pengobatan lain yang mungkin adalah suntikan intramuskular tunggal aceturate Dimenazene dengan dosis 5 mg / kg (2). Untuk daftar yang lebih lengkap dari obat antiparasit potensial, lihat tabel 77-3 Infectious Diseases Greene dari Anjing dan Kucing (11). Terapi suportif seperti cairan infus dan transfusi darah harus digunakan bila diperlukan.
Pemilik harus menyadari bahwa hewan yang telah bertahan Babesiosis tetap subklinis terinfeksi. Anjing ini dapat mengalami kekambuhan penyakit di masa depan atau berfungsi sebagai sumber titik untuk penyebaran lebih lanjut penyakit di daerah tertentu (2). Selain itu, anjing yang telah pulih dari Babesiosis tidak boleh digunakan sebagai donor untuk transfusi darah karena penerima dapat mengembangkan penyakit ini.
Saat ini, vaksin yang efektif tidak tersedia secara komersial untuk melindungi anjing terhadap Babesiosis. Vaksin disebutkan sebelumnya terhadap antigen plasma larut dihasilkan oleh organisme Babesia membatasi tanda-tanda klinis penyakit, namun tidak mempengaruhi perkembangan parasitemia. Vaksin ini tidak tersedia di Amerika Serikat (11).