Senin, 17 Oktober 2011

ginjaaaal


BAB I
Latar Belakang

          Cairan yang menyerupai plasma difiltrasi melalui dinding kapiler glomerulus ke tubulus reenalis dari ginjal (filtrasi glomelurus). Dalam perjalanannya sepanjang tubulus ginjal, volume cairan filtrat akan berkurang dan susunannya berubah akibat proses reabsorpsi tubulus (penyerapan kembali airdan zat terlarut dari cairan tubulus) dan proses sekresi tubulus (sekresi zat terlarut dalam cairan tubulus) untuk membentuk kemih (urine) yang akan disalurkan ke dalam pelvis renalis.
Tiap tubulus ginjal dan glomerulusnya membentuk satu kesatuan (nefron). Ukuran ginjal berbagai spesies terutama ditentukan oleh jumlah nefron yang membentuknya. Tiap ginjal manusia memiliki kira-kira 1,3 juta nefron. Glomerulus berdiameter kira-kira 200 µm dan terbentuk oleh invaginasi seberkas kapiler kedalam pelebaran ujung nefron yang buntu dan melebar (Kapsula Bowman).
Kapiler mendapat darah dari arteriol aferen, darah akan keluar menuju arteriol aferen yang agak sedikit lebih kecil dari pada arteriol aferen. Dua lapisan sel memisah darah dari filtrat glomerulus di dalam kapsula bowman, endotel kapiler dan epitel khusus kapsula yang membentuk podosit di bagian atas kapiler glomerulus. Kedua lapisan sel ini dipisahkan oleh lamina basalis.
Sel stelata yang disebut sel mesangial yang terdapat antara lamina basalis dan endotel. Sel ini mirip dengan sel yang disebut dengan sel perisit, yang terdapat di dinding kapiler tubuh lainnya. Sel mesangial umumnya terdapat antara dua kapiler yang bersebelahan, dan di tempat ini membran basalis membentuk selubung untuk kedua kapiler tersebut.
Sel mesangial bersifat kontraktil dan berperan dalam pengaturan filtrasi glomerulus. Sel-sel ini juga mensekresikan beberapa zat dan menyerap kompleks imun, serta terlibat dalam patogenesis penyakit glomerulus.

BAB II
PEMBAHASAN

Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi. Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).
Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula. Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin. Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman.
Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen. Di antara darah dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam kapsula Bowman terdapat tiga lapisan:
  1. kapiler selapis sel endotelium pada glomerulus
  2. lapisan kaya protein sebagai membran dasar
  3. selapis sel epitel melapisi dinding kapsula Bowman (podosit)
Dengan bantuan tekanan, cairan dalan darah didorong keluar dari glomerulus, melewati ketiga lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan dalam kapsula Bowman dalam bentuk filtrat glomerular. Filtrat plasma darah tidak mengandung sel darah ataupun molekul protein yang besar. Protein dalam bentuk molekul kecil dapat ditemukan dalam filtrat ini. Darah manusia melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap hari dengan laju 1,2 liter per menit, menghasilkan 125cc filtrat glomerular per menitnya. Laju penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes diagnosa fungsi ginjal.
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara pada tubulus konvulasi distal. Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis. Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang terdiri dari:
  • tubulus penghubung
  • tubulus kolektivus kortikal
  • tubulus kloektivus medularis
Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.
Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan
fungsional ginjal. Kedua ginjal bersama-sama mengandung kira-kira 2.400.000
nefron. Setiap nefron bisa membentuk urin sendiri. Karena itu fungsi dari satu nefron
dapat menerangkan fungsi dari ginjal.

·          Nefron terdiri dari bagian-bagian berikut :

a. Glomerulus. Bagian ini merupakan gulungan atau anyaman kapiler yang
terletak di dalam kapsul Bowman dan menerima darah arteriolaferen dan
meneruskan darah ke sistem vena melalui arteriol eferen. Glomerulus
berdiameter 200μm, mempunyai dua lapisan Bowman dan mempunyai dua
lapisan selular yang memisahkan darah dari dalam kapiler glomerulus dan filtrat
dalam kapsula Bowman
b. Tubulus proksimal konvulta. Tubulus ginjal yang langsung berhubungan dengan
kapsula Bowman dengan panjang 15 mm dan diameter 55μm.
c. Gelung henle (ansa henle). Bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen
tipis, selanjutnya ke segmen tebal panjangnya 12 mm, total panjang ansa henle
2-14 mm.
d. Tubulus distal konvulta. Bagian ini adalah bagian tubulus ginjal yang berkelokkelok
dan letaknya jauh dari kapsula Bowman, panjangnya 5 mm. Tubulus
distal dari masing-masing nefron bermuara ke duktus koligens yang panjangnya
20 mm.
e. Duktus koligen medula. Ini saluran yang secara metabolik tidak aktif.
Pengaturan secara halus dari ekskresi natrium urine terjadi di sini. Duktus ini memiliki kemampuan mereabsorbsi dan mensekresi kalsium.

·         Fungsi Ginjal
Fungsi ginjal secara keseluruhan di bagi dalam dua golongan yaitu :

1. Fungsi ekskresi
a. Mengekskresi sisa metabolisme protein, yaitu ureum, kalium, fosfat, sulfat
anorganik, dan asam urat.
b. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Menjaga keseimbangan asam dan basa.

2. Fungsi Endokrin
            a. Partisipasi dalam eritropoesis. Menghasilkan eritropoetin yang berperan
dalam pembentukan sel darah merah.
            b. Menghasilan renin yang berperan penting dalam pengaturan tekanan
darah.
            c. Merubah vitamin D menjadi metabolit yang aktif yang membantu
penyerapan kalsium.
            d. Memproduksi hormon prostaglandin, yang mempengaruhi pengaturan
garam dan air serta mempengaruhi tekanan vaskuler.

BAB III
PENUTUP


Kesimpulan :
1.      Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
2.      Ginjal juga berperan sebagai organ endokrin karena menghasilkan kinin, dan 1,25-dihidroksikolekalsiferol serta membentuk dan mensekresikan renin.
3.      Ginjal mendapat aliran getah bening yang cukup banyak yang berasal dari duktus torasikus melalui peredaran darah vena toraks.
4.      Fungsi utama korteks ginjal adalah filtrasi darah dalam jumlah yang besar melalui glomeruli, sehingga tidak mengherankan bila arus darah korteks ginjal relatif lebih besar dan sedikit sekali oksigen yang di ambil dari darah.


DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F.2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 22.Jakarta : EGC
http ://id.wikipedia.org/wiki/ginjal
http ://www.infokedokteran.com/pdf/pengertian ginjal.html
Suyono, S, et al.2001. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 3.Jakarta : Balai FKUI.

ilmu perternakan umum


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Pakan merupakan faktor esensial yang menentukan apakah kondisi maksimum didalam pertumbuhan dapat dicapai atau tidak, dan pakan yang optimal merupakan bagian yang memungkinkan dalam mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuan genetik ternak (Maynard et al.,1969). Ransum merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha pemeliharaan ternak. Keberhasilan dan kegagalan pemeliharaan ternak banyak ditentukan oleh ransum yang diberikan. Kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak peternak yang memberikan ransum pada ternak-ternaknya tanpa memperhatikan persyaratan kualitas, kuantitas dan teknik pemberian pakan, akibatnya pertumbuhan ataupun produktivitas ternak yang dipelihara tidak tercapai sebagaimana mestinya (Siregar, 1994). Domba lebih tergantung pada pastura (padang rumput) bila dibandingkan dengan ternak lain karena secara alamiah habitat domba adalah pastura, meskipun demikian domba perlu mendapatkan pakan tambahan berupa konsentrat untuk mendukung pertumbuhan mereka di segala musim, karena kandungan nilai nutrisi pada pastura cenderung tidak tetap pada setiap musim (Ensminger, 1991). Bakrie (1996) mengemukakan bahwa hampir semua pakan yang dikonsumsi ternak ruminansia di Indonesia berbentuk hijauan, terdiri dari rumput-rumputan, sisa-sisa hasil pertanian dan daun-daunan dari pohon. Selain itu jenis makanan ternak lain yang juga dikonsumsi termasuk semak belukar, rumput liar dan rempah-rempahan, juga batang dan daun pisang, dan daun bambu.
Hijauan pakan adalah bahan makanan yang dapat berupa rumput lapang, limbah hasil pertanian, rumput jenis unggul yang telah diintroduksikan dan beberapa jenis leguminosa (kacang-kacangan), sedangkan konsentrat merupakan makanan penguat yang terdiri dari bahan baku yang kaya karbohidrat dan protein, seperti jagung kuning, bekatul, dedak, gandum dan bungkil-bungkilan. Konsentrat untuk ternak umumnya disebut makanan penguat atau bahan baku makanan yang memiliki kandungan serat kasar (SK) kurang dari 18% dan mudah dicerna (Murtidjo, 1993). Djadjuli (1982) , menyatakan apabila kebutuhan ternak akan zat-zat makanan diperoleh dari hijauan, maka sebaiknya hijauan yang diberikan merupakan hijauan yang berkualitas tinggi, karena hijauan berkualitas tinggi umumnya palatabel, tidak bersifat bulky bila dikonsumsi dalam jumlah banyak dan mempunyai daya cerna tinggi serta memberikan energi yang lebih tinggi untuk setiap konsumsinya. Menurut Ensminger (1991), kualitas hijauan berpengaruh besar terhadap konsumsinya. Hijauan berkualitas tinggi lebih mudah dicerna dan melewati saluran pencernaan lebih cepat daripada hijauan berkualitas rendah; oleh karena itu, domba akan mengkonsumsinya lebih banyak. Konsumsi makanan merupakan faktor esensial untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan berproduksi, karena dengan mengetahui tingkat konsumsi dapat ditentukan kadar suatu zat makanan dalam ransum untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok dan berproduksi (Parakkasi, 1999). Sutardi (1980) menyatakan bahwa ternak akan mencapai tingkat penampilan tertinggi sesuai dengan potensi genetiknya bila memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkan. Menurut Parakkasi (1999), tingkat konsumsi sukarela (voluntary feed intake) adalah jumlah makanan terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan secara ad libitum. Makanan yang berkualitas baik tingkat konsumsinya relatif tinggi dibandingkan5 dengan makanan yang berkualitas rendah. Menurut McDonald et al. (2002) factor yang mempengaruhi konsumsi adalah karakteristik pakan, faktor hewan dan lingkungan.

1.2  Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk “Mengetahui kualitas, kuantitas dari kecukupan pakan domba”.
 
BAB II
PEMBAHASAN

Berbagai penelitian telah dilakukan oleh para peneliti, dengan tujuan mengoptimalkan penggunaan pakan untuk diubah menjadi daging. Secara umum, kebutuhan zat-zat makanan bagi domba di kelompokkan ke dalam dua golongan besar sumber bahan pakan, yaitu bahan pakan sumber energi dan bahan pakan sumber protein. Bahan pakan sumber energi umumnya terdiri dari bahan pakan berupa bji-bijian dan sisa serealia (tepung jagung dan dedak padi), umbi-umbian (tepung singkong, onggok dan ubi jalar), dan hijauan (rumput setaria, rumput lapangan, dan lain-lain). Bahan pakan sumber protein berasal dari biji-bijian, seperti tepung bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap, biji kapas, atau tepung ikan dan tepung darah. Ada pula beberapa jenis hijauan yang merupakan sumber protein, antara lain daun gliricidae, turi, lamtoro, centrocema,dan kacang gude.
Secara alami, domba senang mengkonsumsi rumput. Meskipun demikian, pemberian pakan domba yang hanya berupa rumpu-rumputan belum dapat memenuhi kebutuhan zat-zat makanan sebagai sumber energi dan protein. Hal ini disebabkan pada umumnya rumput  hanya merupakan pakan sumber energi. Hijauan pakan ternak dikatagorikan atas beberapa jenis, yaitu:
a.       Hijauan segar
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (manual) maupun yang langsung direnggut oleh ternak. Pemberian hijauan dalam keaadaan segar, umumnya lebih disukai domba, dibandingkan pemberian dalam keadaan layu atau kering. Hijauan banyak mengandung karbohidarat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilakan energi, seperti rumput-rumputan, kacang- kacangan, daun-daunan.
Kebutuhan domba akan bahan pakan sangat tergantung pada kondisi fisiologis omba ter sebut. Domba-domba yang sedang digemukkan, secara umum membutuhkan hijauan segar sebanyak 10% dari berat badan. Ada bagian-bagian terrtentu, seperti batang, daun yang sudah tua dan yang kotor, tidak akan dikonsumsi, meskipun domba masih lapar. Karena itu perlu di pertimbangkan pemberian dalam jumlah lebih banyak dari 10%tersebut, misalnya 15-20%.
b.      Jerami atau hijauan kering.
Jerami atau hijauan kering adalah hijauan segar yang sudah dikeringkan dengan bantuan cahaya matahari atau dengan panas buatan menggunakan alat pengering yang mempunyai temperatur tinggi. Kualitas dari pakan kering ini adalah warna hijauan kekuningan dan cerah, bau tidak tengik, tekstur tidk terlalu kering, sehingga kalau dipatahkan tida patah, kebersihan tidak berjamur, berpasir atau batuan lainnya.
c.       Silase.
Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan atau leguminosa) yang di simpan dalam bentuk segar mengalami proses ensilase (Prihatman, 2000). Pembuatsn silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau atau ketika pengembalaan ternak tidak mungkin dilakukan. Menurut Kartasudjana (2001) bahwasanya silase merupakan hijauan yang difermentasi sehinnga hijauan tesebut tetap awet karena tebentuk sam laktat. Silase berasal dari hijauan makanan tenak ataupaun limbah pertanian yang diawekan dalam keadaan segar (dengan kandungan air 60-70%) melalui proses fermentasi dalam silo (tempat pembuatan silase). Sedangkan ensilage adalah proses pembuatan silase. Silo dapat dibuat diatas tanah yang bahannya berasal dari tanah, beton, baja, anyaman bambu, tong plastik, drum bekas, dan lain sebagainya.
d.      Konsentrat.
Golongan Makanan Penguat (konsentrat),  dedak, jagung, ampas tahu, garam. Bungkil kelapa, tepung ikan, kedele.


 BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara umum, kebutuhan zat-zat makanan bagi domba di kelompokkan ke dalam dua golongan besar sumber bahan pakan, yaitu bahan pakan sumber energi dan bahan pakan sumber protein. Bahan pakan sumber energi umumnya terdiri dari bahan pakan berupa bji-bijian dan sisa serealia (tepung jagung dan dedak padi), umbi-umbian (tepung singkong, onggok dan ubi jalar), dan hijauan (rumput setaria, rumput lapangan, dan lain-lain). Bahan pakan sumber protein berasal dari biji-bijian, seperti tepung bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap, biji kapas, atau tepung ikan dan tepung darah. Ada pula beberapa jenis hijauan yang merupakan sumber protein, antara lain daun gliricidae, turi, lamtoro, centrocema,dan kacang gude.

 DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Arfah Alam. 2005. Kecukupan Energi Metabolis Pakan Domba Garut Jantan Pada Fase Pertumbuhan Di Peternakan Lesan Putra Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Scribd: http://www.scribd.com/doc/49080455/em4-n-domba.
Hanafi, Nevy Diana. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. Google: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/801/1/nevy%20132143320.pdf.
Sodiq, Akhmad dan Zainal Abidin. 2002. Penggemukan Domba. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.


Manajemen kesehatan Unggas


Dalam tata laksana usaha peternakan ayam progam biosekuritas merupakan suatu hal penting yang harus dijalankan. Program biosekuritas sebenarnya relatif tidak mahal tetapi merupakan cara termurah dan efektif dalam mencegah dan mengendalikan penyakit pada ayam. Bahkan tidak satupun program pencegahan penyakit dapat bekerja dengan baik tanpa disertai program biosekuritas.

Apakah Biosekuritas?
Asal kata biosekuritas adalah dari kata asing biosecurity yaitu bio artinya hidup dan security artinya perlindungan atau pengamanan. Jadi biosecurity adalah sejenis program yang dirancang untuk melindungi kehidupan. Dalam arti yang sederhana kalau untuk peternakan ayam adalah membuat kuman atau agen penyakit jauh dari tubuh ayam dan menjaga ayam jauh dari kuman.
Menurut Winkel (1997) biosekuritas merupakan suatu sistem untuk mencegah penyakit baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi unggas secara keseluruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan (animal welfare). Pada awalnya konsep biosekuritas diterapkan untuk menghasilkan unggas yang bebas penyakit tertentu (spesific patogen free) untuk keperluan penelitian secara eksperimental. Tetapi saat ini telah diterapkan pada berbagai jenis peternakan sebagi upaya praktis untuk mencegah masuknya organisme penyebab penyakit (patogen) dari luar ke dalam peternakan. Bahkan diterapkan juga di negara-negara berdaulat sebagai upaya untuk melindungi industri peternakannya dari berbagai penyakit berbahaya yang tidak ditemukan di wilayahnya (penyakit eksotik).
Aspek-aspek yang menjadi ruang lingkup program biosekuritas adalah upaya membebaskan adanya penyakit-penyakit tertentu, memberantas dan mengendalikan pengakit-penyakit tertentu, memberikan kondisi lingkungan yang layak bagi kehidupan ayam, mengamankan keadaan produk yang dihasilkan, mengamankan resiko bagi konsumen, dan resiko bagi karyawan yang terlibat dalam tatalaksana usaha peternakan ayam. Aspek-aspek ini bagi industri peternakan ayam sangat dituntut mengingat cara pemeliharaannya yang dikandangkan, dan dipelihara dalam jumlah yang banyak, sehingga ayam rentan terhadap ancaman berbagai macam penyakit baik yang menular maupun tidak menular. Oleh karena itu perhatian yang lebih sangat diperlukan dalam pelaksanaannya, juga perlakuan terhadap ayam mati, kehadiran lalat, dan bau yang kerap kali menimbulkan gangguan bagi penduduk sekitarnya.
Agen penyakit apa saja yang terdapat di lingkungan?
Agen penyakit adalah mikroorganisme yang terdapat di dalam lingkungan seperti virus, bakteri, fungi dan parasit baik yang di dalam (endoparasit) maupun yang diluar tubuh ayam (ektoparasit). Adanya penyakit terjadi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu agen penyakit, inang (ayam) dan lingkungan. Di alam, mikroorganisme selalu berinteraksi dalam keadaan harmoni (seimbang) apabila tubuh ternak mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap infeksi mikroorganisme tersebut. Apabila terjadi perubahan-perubahan yang menyebabkan ketidakseimbangan interaksi tersebut, misalnya menguntungkan di sisi mikroorganisme, dan merugikan kondisi hewan ternak yang dipelihara, maka terjadilah penyakit pada ternak dengan derajat yang bervariasi.
Bagaimana agen pengakit masuk ke peternakan ayam?
Agen penyakit bisa masuk ke dalam lingkungan peternakan ayam melalui berbagai macam cara seperti berikut ini:
1. Terbawa masuk ketika anak ayam (DOC) datang (transmisi vertikal)
2. Masuknya ayam sehat yang baru sembuh dari penyakit tetapi sekarang berperan sebagai pembawa (carrier),
3. Masuknya ayam dari luar flok (transmisi horizontal)
4. Tertular melalui telur-telur dari flok-flok pembibit yang terinfeksi. Contoh agen penyakit yang ditularkan dari induk ke anak ayam adalah virus Egg Drop Syndrome dan virus Leukosis, bakteri Samonella pullorum, S. enteritidis, dan Mycoplasma serta Aspergillus.
5. Terbawa masuk melalui kaki (sepatu), tangan dan pakaian pengunjung atau karyawan yang bergerak dari flok ke flok, misalnya berbagai penyakit virus dan bakteri (Salmonella, Campylobacter)
6. Terbawa melalui debu, bulu-bulu atau sayap, dan kotoran (manure) pada peralatan dan sarana lain seperti truk, kandang ayam, tempat telur dll.
7. Terbawa oleh burung-burung liar, predator (kumbang), rodensia (tikus), lalat, caplak, tungau dan serangga lain. Burung liar merupakan reservoar bagi penyakit ND, IB, Psitakosis, influensa unggas dan Pasteurella spp. Kumbang merupakan reservoar sejumlah besar infeksi termasuk penyakit Marek, Gumboro, salmonellosis, pasteurellosis dan koksidiosis. Rodensia dapat menyebarkan berbagai ragam penyakit termasuk pasteurellosis dan salmonellosis. Lalat dapat menularkan berbagai bakteri penyebab penyakit pencernaan ayam dan virus cacar ayam (fowl pox). Caplak Argas dapat menjadi vektor pembawa spirokhetosis. Tungau Ornitonyssus bursa dapat menimbulkan gangguan produksi ayam dan kegatalan bagi karyawan, sedangkan Culicoides (agas atau mrutu) dapat menjadi vektor leucocytozoonosis yang cukup merugikan.
8. Terbawa melalui makanan yang tercemar mikroorganisme di pabriknya. Kontaminasi bahan baku pakan atau pakan jadi dengan beberapa jenis patogen seperti Salmonella spp atau IBD/Gumboro dan paramyxovirus, Egg Drop Syndrom, Aflatoksin dapat menginfeksi kawanan unggas yang peka terhadap penyakit ini.
9. Menular lewat air seperti berbagai jenis bakteri (Salmonella, Escherichia coli) dan fungi (Aspergillus)
10. Menular lewat udara seperti virus velogenik ND dan ILT.
11. Tertular melalui vaksin hidup atau kontaminasi vaksin. Vaksin unggas terkontaminasi yang dibuat pada telur yang diperoleh dari peternakan yang tidak bebas patogen spesifik (non-SPF) dapat mengandung patogen antara lain adenovirus, reovirus, atau agen lain yang bertanggung jawab terhadap anemia dan retikuloendoteliosis. Patogen juga dapat ditularkan diantara ternak akibat peralatan vaksinasi yang digunakan dalam pemberian vaksin atau petugas yang terkontaminasi.
Banyak mikroorganisme patogen yang akan menetap di luar tubuh inang ayam seperti Coccidia (berbagai jenis Eimeria), Salmonella, Histomonas, Aspergilus dan berbagai jenis virus dapat tahan dalam waktu yang cukup lama, terutama di dalam bahan organik. Pasteurella dan Mycoplasma dan beberapa jenis bakteri dapat juga hidup beberapa lama di luar tubuh. Virus-virus penyebab gangguan pernafasan cenderung lemah di luar tubuh inang meskipun dapat menempuh perjalanan paling tidak 5 mil di udara bila kondisinya memuaskan.






 Lebih jelasnya Tabel 1 berikut ini menggambarkan lamanyanya agen penyakit dapat bertahan di alam atau di luar tubuh inang.
Tabel 1 Lama hidup agen penyebab penyakit di luar tubuh unggas Agen Penyakit
Nama penyakit
Lama hidup di luar tubuh unggas
Virus avibirna
Infectious bursal disease/ Gumboro
Beberapa bulan
Eimeria spp
Koksidiosis
Beberapa bulan
Virus duck plague
Duck plague
Beberapa hari
Pasteurella multocida
Kolera ayam
Beberapa minggu
Haemophylis gallinarum
Coryza (Snot)
Beberapa jam-hari
Virus herpes onkogenik
Marek
Beberapa bulan-tahun
Virus paramyxo
ND
Beberapa hari-minggu
Mycoplasma gallisepticum, M. synoviae
Mikoplasmosis
Beberapa jam-hari
Salmonella spp
Salmonellosis
Beberapa bulan
Histomonas
Histomoniasis
Beberapa bulan
Aspergillus fumigatus
Aspergillosis
Beberapa bulan
Mycobacterium avium
Avian tuberculosis
Beberapa tahun

Peningkatan perdagangan produk unggas akhir-akhir ini cukup signifikan, baik dalam bentuk
unggas hidup maupun dalam bentuk karkas. Meskipun komoditi ini pernah “terancam” ketika
penyakit flu burung mewabah di Indonesia sejak tahun 2003. Penyakit flu burung telah menimbulkan kerugian dimana terjadi kematian unggas secara mendadak dalam jumlah yang besar sehingga menimbulkan kepanikan dan rasa takut sebagaian masyarakat konsumen untuk mengkonsumsi produk unggas. Selain berpotensi sebagai sumber zoonosis atau penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia seperti penyakit flu burung, produk unggas dikategorikan sebagai komoditi yang mudah rusak (food perishable). Sifat alami daging unggas yang kaya zat gizi dan banyak mengandung air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba pembusuk maupun mikroba patogen yang dapat membahayakan kesehatan manusia.
Pada peternakan unggas memperhatikan titik kritis mulai dari pemeliharaan, proses pemotongan unggas di RPU, transportasi dan pada saat penjajaan merupakan hal yang harus mendapat perhatian yang serius. Bila penanganan titik kritis dilaksanakan dengan tepat maka kemungkinan terjadinya kontaminasi silang dapat ditekan yang pada gilirannya dapat meningkatkan mutu dan kualitas produk sehingga produk unggas tersebut aman dan layak dikonsumsi. Salah satu cara untuk mencegah penyakit zoonosis dan meningkatkan mutu dan kualitas produk unggas adalah menerapkan “Pengawasan Biosecurity dan Higiene/Sanitasi terhadap Produk Unggas”. 

Pengawasan Biosecurity
Biosecurity adalah suatu tindakan untuk menghindari kontak antara hewan dan mikroorganisme dan merupakan pintu pertahanan pertama dalam upaya pengendalian penyebaran suatu penyakit.
Penerapan biosecurity sangat diperlukan mulai pada awal pemeliharaan unggas dikandang sampai pada saat penjajaan dipasar. Beberapa hal yang harus dipedomani terhadap prinsip biosecurity yang tepat adalah sebagai berikut :
1.      Setiap kendaraan pengangkut unggas yang masuk dan keluar kandang atau tempat penampungan unggas harus di desinfektan.
2.      Setiap unggas yang atang harus dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan  (SKKH) yang dibuat oleh dokter hewan berwenang di daerah asal unggas.
3.      Setiap unggas yang datang harus mendapat pemeriksaan antemortem oleh petugas dibawah pengawasan dokter hewan yang berwenang.
4.      Hasil pemeriksaan kesehatan unggas yang datang wajib didokumentasikan dan dilaporkan secara berkala setiap bulan kepada dokter hewan berwenang.
5.      Setiap kandang dilengkapi dengan peralatan makan dan minum khusus
6.      Tidak mencampurkan unggas yang baru datang dengan yang lama
7.      Membersihkan kandang atau penampungan unggas dari limbah padat unggas.
8.      Melakukan pengosongan kandang atau penampungan unggas satu hari dalam dua minggu untuk proses pembersihan dan desinfektan.
9.      Mencegah masuknya kucing, anjing, burung liar dan hewan pengganggu lainnya dalam kandang atau penampungan unggas.
10.  Menempatkan unggas yang sakit didalam kandang tersendiri
11.  Setiap unggas yang mati harus segera dimusnahkan dengan cara membakar.

Pengawasan Higyene dan Sanitasi
Higiene yaitu segala upaya yang berkaitan dengan masalah kesehatan atau suatu usaha untuk
mempertahankan atau meningkatkan kesehatan. Sedangkan saniasi adalah upaya pencegahan
terhadap kemungkinan berkembangbiaknya mikroba atau jasad renik pembusuk dan patogen yang dapat membahayakan kesehatan konsumen. Pengawasan higiene dan sanitasi terhadap produk unggas mutlak dilakukan karena berhubungan langsung dengan keamanan dan kesehatan konsumen. Berikut adalah bentuk pengawasan higiene dan sanitasi terhadap produk unggas :
1.      Setiap orang yang terlibat dalam proses pemeliharaan sampai penjualan harus sehat dan
memperhatikan personal higiene. Sehat yang dimaksud adalah orang terebut tidak menderita
penyakit saluran penapasan dan penyakit kulit.
2.      Memisahkan area kotor pada saat pemotongan unggas dan area bersih untuk penanganan
karkas unggas
3.      Mengindari kontak langsung dengan lantai pada saat penyembelihan dan pengulitan daging
unggas
4.      Menggunakan peralatan yang terpisah untuk penyembelihan dan untuk pemotongan karkas.
5.      Lokasi penjajaan karkas unggas terpisah dengan komoditas lain
6.      Memisahkan antara karkas unggas dengan jeroan
7.      Meremdam karkas unggas yang telah bersih dalam air dingin (±80 C) dengan cara
penambahan es batu dan clorin sebanyak 20 – 50 ppm. Penerapan sistem rantai dingin ini
dimaksudkan untuk dapat meningkatkan keamanan dan mutu dging ayam yang diproduksi.
Cara ini masih sangat jarang dilakukan oleh pelaku maupun konsumen daging unggas.
8.      Menghindari penggunaan peralatan yang terbuat dari kayu. Sangat disarankan menggunakan
meja kerja yang terbuat dari stainless atau keramik untuk memudahkan proses pembersihan.
9.      Diusahakan agar karkas atau daging unggas dijajakan dalam lemari berpendingin
10.  Menghindari penjualan karkas hangat lebih dari 8 jam setelah dipotong.
11.  Setiap selesai melakukan penjualan harus melakukan pembersihan secara menyeluruh
terhadap peralatan, lantai dan meja yang telah digunakan.

Penutup
Penanganan produk unggas dengan menerapkan prinsip biosecurity dan higiene/sanitasi yang
baik dipasar belum sepenuhnya dilaksanakan. Bahkan penerapan sistem rantai dingin (cold chain
system) sebagai salah satu unsur dalam praktek higienis sangat jarang diterapkan. Oleh karena itu
diperlukan pengertian dan kerjasama seluruh pelaku baik pemerintah, pelaku usaha maupun
masyarakat masyarakat konsumen untuk memperhatikan prinsip biosecurity dan higiene/sanitasi
produk unggas sehingga penyakit zoonosis dapat dikendalikan.
* Staf UPTD PSP3 Dinas Peternakan Provinsi Sulawesi Selatan
http://disnaksulsel.info

Beda Biosafety dan biosecurity
Biosecurity adalah usaha untuk menjaga suatu daerah dari masuknya agen penyakit, menjaga tersebarnya agen penyakit dari daerah tertentu, dan menjaga agar suatu penyakit tidak menyebar di dalam daerah tersebut. Sedangkan biosafety adalah usaha yang dilakukan agar orang yang bekerja dengan bahan biologi berbahaya terlindungi dari bahan bahaya bahan biologi yang ditanganinya.
Upik K. Hadi menyebutkan secara sederhana biosecurity adalah usaha untuk melindungi kehidupan. Biosecurity mempunyai peranan penting dalam pencegahan penyebaran penyakit. Dalam suatu usaha peternakan biosecurity merupakan sesuatu sistem yang dapat melokalisasi agen penyakit sehingga tidak menyebar ke tempat lain atau di dalam peternakan itu snediri.
Berbeda dengan biosecurity, biosafety adalah suatu konsep yang mengamankan orang yang bekerja dengan suatu bahan biologis. Misalnya orang yang bekerja dengan suatu virus yang dapat menimubulkan penyakit berbahaya maka orang tersebut harus mengunakan sarung tangan. Jadi biosecurity adalah suatu konsep yang mengatur orang yang bekerja atau bersnetuhan dengan objek bilogis berbahaya agar terhindar dari bahaya objek biologis tersebut.
Biosafety dan biosecurity biasanya dijalankan secara bersamaan. Karena pada intinya biosceurity juga mendukung terlaksananya biosafety, begitu juga sebaliknya. (Agung Sudomo).
Biosecurity, investasi, asuransi dan desinfeksi
Pencegahan penyakit jauh lebih murah dan efektif daripada pengobatan. Untuk melakukan pencegahan, mencakup biosecurity serta vaksinasi baik cara vaksinasi, maupun waktu yang tepat. Demikian Drh Desianto Budi Utomo PhD dari PT Charoend Pokpand Indonesia dalam suatu kesempatan seraya melanjutkan, untuk penyakit spesifik seperti ND, IB, dan Gumboro, vaksinasinya harus sesuai. Demikian juga dengan penyakit spesifik seperti Koksidiosis. Apakah diperlukan vaksin Koksi, bagaimana bila menjumpai vaksin tidak efektif dan pemakaian tidak benar.



·         Biosecurity = Investasi

Dengan demikian, kata Dr Desianto, sangat dibutuhkan standar prosedur operasionalnya, seraya menambahkan sebab-musabab mortalitas ayam dapat ditelisik karena penyakit atau manajemen.
Kematian karena penyakit misalnya karena kasus Spiking Mortality Syndrome (SMS/ Sehari Mati Seribu) dapat diketahui kondisi panas tinggi, beda temperatur tinggi, sementara ayam pedaging tumbuh cepat.

Adapun kematian karena kepadatan ternak dapat dicegah dengan pembatasan jumlah ayam. Dapat disiasati dengan membatasi jumlah ayam per meter persegi, atau berat badan sekian kilogram per meter persegi.

Mengurangi kematian ayam karena maldrainase karena stres, stres panas pada jam-jam panas terbukti tidak efektif. Cara menekan mortalitas yang lain adalah bila asupan pakan lebih tinggi. Sehingga, penguasaan teknis menjadi sangat penting.

Bagi Dr Desianto, untuk mendukung tindakan-tindakan mencegah penyakit dan pengelolaan manajemen itu, biosecurity menjadi sangat penting artinya. Baginya, biosecurity untuk dukungan penting itu jangan dianggap sebagai biaya yang harus dikeluarkan, tapi anggaplah sebagai investasi! Sama seperti dengan modal untuk investasi ayam dan pakan yang acam dihitung untuk menghitung kerugian saat ayam mengalami kematian. 

·         Biosecurity = Asuransi

Biosecurity itu ibarat asuransi. Bilamana sekarang dilakukan, hasilnya baru dapat   belakangan.
“Kalau kita ke kandang, dan disemprot, bisa jadi kita menjadi bertanya-tanya mana makhluk yang dibasmi. Sebab, makhluk mikroorganisme yang kita lawan itu wujudnya tidak terlihat mata,” kata Drh Andi Wijanarko dari PT Pimaimas Citra Peternak pun sepertinya harus punya iman ada atau tidak ada mikroorganisme yang penting sekarang kandang harus disemprot. Sedangkan manfaatnya baru dapat dirasakan di akhir nanti. Seperti halnya masuk rumah sakit harus didesinfektan, peternakan pun harus disemprot. Lebih-lebih kalau ada kasus, kandang yang disemprot jauh lebih baik daripada yang tidak disemprot.
Drh Andi menegaskan, menurut ilmuwan, biosecurity itu perlu dan hukumnya wajib dan harus. Tidak boleh kita tinggalkan biosecurity. Sebetulnya menghadapi mikroorganisme itu paling gampang, yang sulit adalah mengamankan dan membasmi sampaihabis belumtentu bisa total. Lain halnya kalau bisa dilihat maka mati bahwa mikroorganisme itu mati. Contoh otentiknya bila kandang disemprot, hasilnya tidak langsung tampak. 

·         Desinfeksi

Jelas, biosecurity merupakan hal yang penting, terdapat beberapa jenis, dan sifatnya sama dengan asuransi. Drh Andi melanjutkan, Tindakannya sudah lazim dikenal seperti semprot-semprot musuh imajiner dan hasilnya baru diketahui belakangan. Hal itu sifatnya perlu, hukumnya wajib, dan sifatnya tidak pandang bulu baik itu terhadap orang, mobil, karyawan yang masuk lokasi peternakan dan kandang harus disemprot, tidak hanya saat kasus terjadi.
Sayangnya kondisi biosecurity sekarang, sudah ada yang kendor. Kalau ada orang masuk peternakan, mereka boleh langsung masuk tanpa disemprot. Yang ketat contohnya sanitasi di peternakan pembibitan. Perlakuan pembersihan sanitasi disini 1-2 kali seminggu dengan desinfektan, misalnya glutaraldehid dan cocobenzil. Desinfektan-desinfektan ini kerjanya mudah, baik untuk menghadapi virus, bakteri, maupun jamur.
Cara penggunaan desinfektan itu dengan formalin untuk kandang kosong, Sayangnya formaldehid (formalin) bersifat karsinogenik (dapat menimbulkan kanker). Kalau ada ayam pun, semua desinfektan harus berdosis ringan.
Adapun menurut Drh Suhardi, Manajer Produk PT Sanbe Farma, jenis desinfektan ada macam-macam sesuai target dan fungsi. Bila kandang kosong menggunakan formaldehid. Untuk desinfeksi harian pada orang dengan heksalponium klorida, diterapkan pada orang maupun mobil. Untuk desinfeksi harian pada ayam, mencegah virus dan peternakan tetangga yang terserang penyakit, dengan desinfektan glutaraldehid.
Adapun desinfeksi pada air minum mencegah penyebaran penyakit dengan iodine dan heksalponium klorida.Yang pasti, lanjut Drh Andi, minimal sanitasi dan kebersihan terjaga, ditingkatkan dengan desinfeksi dan fumigasi. Penyemprotan pun harus aman. Desinfektan yang aman diantaranya Kalium permanganat. Namun saya setelah tragedi bom Bali penjualan kalium permanganat diawasi, sehingga untuk mencarinya sulit. Ada perusahaan obat hewan yang memasarkan pengganti Kalium Permanganat.
Terkait dengan hal ini, Drh Setiadjit D Santoso Kepala Pabrik PT Romindo Primavetcom Cikarang Jawa Barat dalam suatu kesempatan mengungkapkan merebaknya kejadian flu burung menyebabkan meningkatnya pemakaian glutaraldehid sebagai desinfektan di lapangan. Meski sama derivat formaldehid, formalin nampaknya lebih ditakuti oleh aparat dan bahkan sempat dilakukan razia besar-besaran terhadap penimbunan formalin;
Menurutnya, glutaraldehid nampaknya lolos dari jerat aparat keamanan dan bahkan badan pom sehingga tidak mustahil glutaraldehid juga digunakan sebagai bahan pengawet makanan sebagai substitusi formalin.
“Bagaimana dampak glutaraldehid bagi kesehatan manusia, penggunaannya mungkin patut menjadi pemikiran,” kata Drh Adjit. Kembali oleh Drh Andi, fumigasi dan pengasapan dengan formalin dan Kalium Permanganat yang lain harus dilakukan dalam ruang tertutup. Pengasapan pun harusnya tidak masalah. Misalnya dengan sediaan 50.000 per liter, 400 liter air untuk 12 meter persegi sampai 15 meter persegi.
Untuk perhitungan ongkos desinfektan, diambil produksi peternakan (100 persen), alokasi 8 persen untuk pengobatan, (obat, antibiotik, vaksin dan vitamin), pakan 75 persen, dan 20 persen untuk operasional dan karyawan; desinfeksi cuma 1/2 persen. Biasanya peternak lebih memikirkan patokan harga lebih dulu. Uji cobanya mudah, daging dipotong dimasukkan dalam cairan desinfektan. Daging mana yang membusuk lebih lama (misalnya setelah 3 hari daging baru membusuk) menjadi pertanda kualitas desinfektan makin baik, sehingga desinfektan ini dipilih untuk dipakai.

·         Mencegah yang Dari Luar Masuk

Berbeda dengan vaksinasi, menurut Drh Suhardi, biosecurity pada dasarnya adalah tindakan mencegah masuknya penyakit dari luar. Vaksinasi pada ayam yang telah diprogramkan, bukan masuk satu paket pengendalian penyakit dari luar ini, namun vaksinasi merupakan paket pengendalian penyakit dari dalam. Kecuali mencegah penyakit sedini mungkin, juga mencegah penyebarannya. Menghadapi masa inkubasi satu minggu, tambah lagi perlakuannya beberapa minggu. Perlu diidentifikasi penyakit apa yang ada, sedangkan lokasi kandang dan bangunan jangan dekat dengan pemukiman. Supaya tidak sia-sia, tindakannya disesuaikan dengan pola-pola pemilihan kandangnya. Untuk panggung litter, berbeda dengan kandang baterai yang bawahnya lebih mudah mengundang lalat. Pada kandang litter perlu diperhatikan kelembaban lokasi yang menumbuhsuburkan virus lain. Juga perhatikan alat kandang, pakan dan lain-lain. Secara rutin, bersihkan tempat pakan dan gudang, cuci secara rutin jangan menjadi penyebaran penyakit, bersihkan sanitasi dari sawang dan kotoran,
Cegah kandang layer menjadi basah, kalau masih kering lakukan penyemprotan untuk mencegah lalat. Cegah kontaminasi karyawan, orang dan kendaraan. Kontrol tikus dan binatang-binatang lain. Airpun harus dideteksi setiap saat.
Apapun yang terjadi, biosecurity sangat dibutuhkan. Kalaupun mungkin skalanya kecil-kecilan di peternakan kecil, siapapun yang masuk di lokasi peternakan dankandang, kaki dan tangan mesti dicelup untuk desinfeksi. (YR)

Dalam meningkatkan biosecurity tidak hanya di wilayah kandang saja, jadi pelaksanaan pengamanan dari segi bio, harus juga di antisipasi dari semua penjuru dan bagian di sebuah perusahaan peternakan tersebut, demi berkembangnya perusahaan yang berjuang di bidang peternakan, jadi harus secara bersungguh-sungguh dalam memahamii dan menjalankan proses biosecurity dengan baik dan benar.
ADAPUN tempat yang harus di perhatikan adalah sebagai berikut:
  1. Gerbang Utama: Di lokasi ini yang bertanggung jawab adalah Watch Man (satpam)
Gerbang utama adalah tempat yang paling penting harus di perhatikan, disini adalah tempat umum dimana semua orang dan berbagai kendaraan asing bisa masuk ke lokasi peternakan sebelum memasuki kawasan yang lain, DEMI KESELAMATAN KESEHATAN yang harus di lakukan adalah:
  • Tugas satpam adalah harus mencatat, Semua Personal atau orang, dan mobil yang keluar masuk melalui pintu ini harus mengisi buku tamu, yang harus di catat adalah: waktu masuk, number mobil, berapa orang di dalam mobil tersebut, dan apa tujuan orang tersebut masuk ke dalam lokasi.
  • Termasuk pekerja, dan mobil yang datang dari luar Harus di persilahkan masuk ke tempat lokasi setelah di spray menggunakan disinfectants.
  • Tempat lokasi Foot Dip (celup kaki yang berisi air disinfectant) dan tempat lokasi penyemprotan mobil harus di bersihkan sehari sekali atau ketika air sudah kotor.
  • Siapkan seragam khusus untuk orang yang masuk kedalam lokasi sebuah peternakan, jadi sebelum mereka masuk ke dalam, harus mandi terlebih dahulu, dan mengganti pakaian mereka dengan yang sudah di persiapkan tadi, tapi dengan catatan pakaian tersebut harus bagus dan bersih , demi kenyamanan si pengguna.
  • Orang yang membawa mobil kedalam lokasi peternakan (selain lokasi kandang) jangan di persilahkan membawa mobil kedalam lokasi kandang walaupun ada tujuan apa? Gunakan mobil dalam yang sudah di persiapkan.

  1. Di daerah office, yang bertanggung jawab adalah HC (health Control- vaccinator) , Bersihkan lingkungan yang berhubungan dengan penempatan vaksin (di office) gunakan disinfectant seminggu sekali,
  2. Di Gerbang masuk yang menuju ke lokasi kandang (main entrance shower)
    1. Semua Mobil yang masuk dan keluar harus melalui ruangan yang menggunakan auto spray dengan disinfectant,
    2. Disinfectant harus dig anti jika lokasi vehicle dip di ketahui sudah kotor, dan perhatikan dosis yang digunakan adalah dosis yang dianjurkan oleh perusahaan yang membuat disinfectant tersebut.
  3. Di Tempat pemeliharaan D.O.C (untuk yang menggunakan system Multy Age), Yang bertanggung jawab disini adalah: Leader flock, Assistant Leader, vaccinator, supervisor, dan veterinarian (dokter Hewan)
    1. Semua barang yang banyak digunakan di kawasan D.O.C harus melalui disinpeksi sebelum di gunakan atau masuk ke kandang yang masih muda tersebut, apabila menggunakan barang dari luar (lokasi selain di kawasan tersebut atau barang baru) seharusnya di cuci terlebih dahulu dan disinfeksi, selanjutnya fumigasi.
    2. Pastikan orang yang mau masuk ke dalam kandang yang ayamnya masih berumur di bawah 18 minggu harus mandi terlebih dahulu (tanpa terkecuali), dan menggunakan pakaian, sepatu but, yang sudah di sediakan khusus untuk orang yang mau masuk kedalam kandang,
    3. Sepatu dan pakaian yang di pakai di dalam kandang, pastikan jangan di pakai untuk kerja di luar kandang, sepatu dan pakaian harus tetap terpisah, jangan bercampur-aduk (baju dalam dan baju luar) untuk menghindari kontaminasi penyakit dari luar ke dalam.
    4. Orang yang masuk kedalam harus memasuki ruangan auto spray (dimana ruangan ini secara otomatis menyemburkan disinfectant) ketika orang masuk kedalamnya.
    5. Foot dip (atau tempat cuci kaki yang berada di dalam kandang) harus tetap bersih, dan gunakan dosis yang sudah di tetapkan, ganti dengan secepatnya jika foot dip tersebut sudah kelihatan kotor, karena apabila kotor, larutan disinfectant tidak akan bekerja secara maksimal,
    6. Seragam yang di gunakan untuk brooding di dalam kandang grower tersebut harus di rendam terlebih dahulu dengan menggunakan disinfectant sebelum di cuci.
    7. Jangan menyimpan barang yang tidak di perlukan di dalam kandang tersebut, simpan barang yang di perlukan saja, karena barang yang tidak di perlukan apabila terus disimpan di dalam maka benda tersebut akan kotor dan kemungkinan akan menjadi tempat penyakit.
  4. Di kandang yang sudah sudah bertelur atau yang di sebut kandang layer (atau ayam yang berumur 23 sampai 65 minggu) untuk ayam jenis layer dan PS (parent stock). Yang bertanggung jawab disini adalah, supervisor, leader flock, dan assistant.
    1. Nest box atau sangkar yang akan di gunakan untuk bertelur harusnya di spray terlebih dahulu dan baru boleh di tempatkan di dalam kandang.
    2. Masukan nestbox atau sangkar kedalam kandang ketika ayam berumur 16 minggu, dengan tujuan ayam harus sudah belajar sebelum ayam memasuki umur layer (masa bertelur umur 23-65 minggu), dengan demikian ayam sudah belajar secara perlahan dan bertahap yang nantinya akan mengurang atau meminimalis telur lantai, karena telur lantai tidak akan di gunakan untuk H.E (hatching egg) telur yang layak tetas.
    3. Gunakan sekam untuk mengisi nestbox atau sangkar, gunakan sekam yang masih baru, jangan gunakan sekam bekas, karena sekam yang tidak layak pakai akan mengakibatkan kontaminasi secara langsung, dimana telur akan melakukan kontak langsung dengan sekam ini.
    4. Ketika ayam berumur 40 minggu, ganti lah sekam nestbox dengan sekam baru, dengan tujuan ketika umur ayam 40 minggu pastinya nestbox sudah kotor, dengan melakukan penggantian sekam tersebut maka kontaminasi telur yang berakibat dari sekam kotor akan bisa terisolasi dan di kurangi,
    5. Untuk kandang tertutup dan menggunakan system dark out( kandang yang tertutup dengan tirai hitam, dan hanya menggunakan penerangan 8jam di siang hari, tanpa menggunakan sinar matahari) seharusnya membuka tirai hitam tersebut ketika ayam berumur 20 minggu, gunakan penerangan menggunakan lampu dan sinar matahari.
  5. PEKERJAAN YANG HARUS DI LAKUKAN RUTIN (DIDALAM KANDANG)
    1. Bersihkan pipa untuk ayam minum (nipple line), tankki air, dan flushing dengan menggunakan Hi-Chlone setiap 2 minggu sekali, yang bertujuan untuk menghindari tumbuhnya bio-film (kotoran yang menempel di dalam pipa nipple, yang nantinya akan berwarna hijau itu yang disebut bio-film).
    2. Apabila anda menggunakan manual feeder atau yang biasa di sebut, "tempat makanan secara manual" mau yang di gantung atau yang berbentuk talang )linear feeder), bersihkan seminggu sekali dan cuci, karena feeder adalah barang yang sangat berbahaya jika tidak dirawat kebersihan-nya, ketika feeder kotor berkemungkinan besar ayam akan cepat terserang penyakit, yang di sebabkan dari micro bacteri yang tumbuh dan berkembang biak di feeder tersebut, maka hindari pemakaian feeder kotor.
    3. Bersihkan cooling pad( coolingpad adalah sebuah system dimana akan berfungsi jika suhu di dalam kandang semakin panas) fungsinya adalah untuk menurunkan atau menstabilkan suhu, ketika suhu di dalam kandang melebihi panas 29,5 derajat selcius, maka coolingpad akan berjalan dengan membawa suhu yang relative rendah, dengan demikian suhu di dalam kandang akan stabil kembali. Dengan program ini maka bersihkan cooling pad setiap 2minggu sekali, karena apabila coolingpad kotor, atau bak collingpad kotor, secara langsung akan membawa penyakit ke dalam kandang dan menyeluruh kandang akan terkontaminasi, karena coolingpad adalah dimana sumber udara masuk secara bebas. Maka hindari coolingpad dan bak coolingpad kotor. Ketika sudah di bersihkan campurkan disinfectant kedalam bak coolingpad tersebut.
    4. Untuk yang menggunakan kipas blower atau exhaust fan, bersihkan kipas ini secara teratur seminggu sekali, maka jika terjadi kipas kotor, kipas tersebut akan berat, dan fungsinya akan menurun, ketika fungsi kipas menurun atau semakin lambat, maka aliran udara di dalam kandang akan semakin lambat, dengan aliran udara lambat, amoniak akan meningkat, gejala gangguan pernafasan akan terjadi setelah beberapa hari, maka kipas utama harus tetap bersih supaya bisa berfungsi dengan baik. Jangan biarkan ammoniac di dalam kandang melebihi 50ppm, jika terjadi ammoniac tinggi maka langkah yang harus di lakukan adalah dengan mengganti sekam, bersihkan kipas, hindari sekam basah dikandang, dan menabur kapur di bawah slat, untuk mengeringkan lokasi yang basah.
    5. Balik sekam setiap hari, untuk menghindari sekam lembab dan basah, dengan membalik sekam maka ammoniac yang ada di dalam sekam akan terbawa oleh angin kipas keluar, dengan demikian jika ammoniac rendah ayam lebih jauh dari menderita peyakit pernafasan. Gunakan kapur jika di perlukan.
    6. Bersihkan debu yang ada di dalam kandang, bersihkan tiap hari, karena debu sumber penyakit pernafasan, dan sumber penyakit lainnya.
    7. Buang atau afkir ayam yang sakit, dan jangan membiarkan ayam sakit tinggal di dalam kandang, seleksi ayam yang sakit setiap hari dan ayam yang tidak layak telur. Maka jika ayam sakit terus tinggal di dalam kandang, maka penyakit tersebut akan cepat menular ke ayam yang lebih sehat. Maka segera-lah seleksi dan buang ayam yang sakit sebelum menjadi vector penyebab menularnya penyakit ke ayam yang lain.
    8. Cuci tangan anda sebelum dan sesudah melakukan seleksi telur, dengan tujuan untuk tetap bersih, maka jika telur tetap bersih maka kualitas telur tersebut akan lebih bagus untuk dijadikan telur tetas.
    9. Lakukan pemberian racun tikus di dalam kandang 2 minggu sekali, karena tikus adalah sumber penyakit, jika tikus semakin banyak populasi nya di dalam kandang, maka kemungkinan besar penyakit yang akan di timbulkan dari tikus tersebut semakin besar, sebagai contoh, tikus akan mengambil makanan ayam atau memakan makanan ayam dari feeder, ketika tikus memakan makanan, tikus akan sambil mengeluarkan kotoran (berak) dengan demikian ayam yang memakan tai tikus teersebut akan menderita sakit, sperti salmonella pullorum, dan lain-lain, maka lakukan lah pemberian racun secara teratur di dalam kandang.
    10. Ketika ada ayam yang mati di dalam kandang, maka segera ayam tersebut keluarkan dari kandang, dengan pastinya, ayam yang mati tersebut adalah ayam yang sudah sakit, untuk menghindari penularan penyakit dari ayam yang meti tersebut maka harus segera membuang ayam yang mati secara langsung.
    11. Spray atau semprot lokasi kandang (bagian luar kandang) seminggu sekali, dengan menggunakan disinfectant secara teratur.
  6. VAKSINASI-ORANG YANG BERTANGGUNG JAWAB ADALAH VAKSINATOR, SUPERVISOR, LEADER FLOCK DAN ASSISTANT LEADER.
    1. Ikuti biosecurity yang sudah di tetapkan,
    2. Sebelum melakukan vaksinasi, dari office atau dimana tempat vaksin di simpan, maka cara membawa vaksin harus benar.
      1. Perhatikan dan catat kadaluarsa vaksin, jika vaksin sudah kaladuarsa (expired) maka jangan gunakan vaksin tersebut, gunakan vaksin yang belum kadaluarsa, hindari pemakaian vaksin jika kadar kadaluarsa nya kurang dari satu bulan.
      2. Ketika vaksin sebelum di masukan ke tempat vaksin (mungkin termos vaksin-untuk membawa vaksin dari tempat penyimpanan ke kandang) maka satu jam sebelum vaksin disimpan, sebaiknya termos tersebut di isis dengan es batu, dan pastikan di dalam termos vaksin yang berisi es batu tersebut suhunya di bawah 2 drajat Celsius jangan melebihi 5 drajat. Karena jika vaksin di simpan di suhu yang panas maka vaksin live itu akan mati, dan tidak layak untuk di gunakan, untuk itu agar vaksin tetap hidup dan layak di gunakan maka kita harus menyimpan vaksin itu dengan suhu 1-5 drajat celcius.
      3. Vaksin-lah ayam yang sehat saja, jangan memvaksin ayam yang sakit, karena ayam yang sakit tidak akan menerima reaksi dari vaksin tersebut
    3. Ketika selesai vaksin, vial vaksin(botol vaksin) seharusnya jangan di buang sembarangan, bawa botol bekas vaksin tersebut ke tempat dimana anda menyimpan vaksin tersebut.
    4. Rebus botol vaksin tersebut dengan menggunakan air panas, dengan tujuan untuk memastikan vaksin itu mati, dan buang lah ke tempat sampah yang jauh dari lokasi kandang.
    5. Jika anda mempunyai sisa vaksin, maka sisa vaksin trersebut jangan di buang di sembarang tempat, campur sisa vaksin tersebut dengan disinfectant dan rebus dengan menggunakan air panas lalu buang ke tempat sampah yang jauh dari lokasi kandang.
  7. Tempat Post Mortem
    1. Tempat ini adalah tempat untuk membedah ayam yang sakit atau ayam yang sudah mati untuk mengetahui penyakit apa yang di alami oleh ayam tersebut. Maka langkah-langkah biosecurity yang harus di perhatikan adalah:
      1. Ketika membawa ayam mati tersebut ke tempat post-mortem mungkin menggunakan mobil, maka mobil tersebut setelah membawa ayam yang mati, harus segera di bersihkan dan di cuci dengan menggunakan disinfectan, untuk menghindari penularan terhadap kandang yang lain.
      2. Gunakan sepatu dan seragam terpisah, jadi jangan menggunakan seragam sembarangan ketika melakukan pembedahan, pakai lah seragam yang sudah di sediakan oleh pihak perusahaan.
      3. Ketika sudah melakukan pembedahan, buang ayam tersebut atau bakar dengan menggunakan (incinerator) atau kubur, dan taburkan kapur beserta di sinfectant (jika anda mengubur ayam mati)
      4. Orang yang sudah melakukan pembedahan ayam, jangan masuk lagi ke dalam kandang, tanpa terkecuali. Sebaiknya anda melakukan pembedahan ayam di waktu akhir kerja anda, atau di sore hari, jadi setelah selesai kerja (post mortem) anda langsung pulang dan jangan melakukan kontak langsung terhadap ayam-ayam yang masih hidup.
    2. Spray tempat postmortem setiap hari dengan menggunakan di sinfectan, untuk menghindari penyebaran penyakit ke tempat atau kawasan kandang ayam.

Serangkaian praktik manajemen yang dirancang untuk meminimalkan atau mencegah impor agen menular ke peternakan.
Praktek-praktek manajemen termasuk pengujian dan skrining untuk penyakit, isolasi atau karantina hewan yang terinfeksi, imunisasi, pembelian selektif, dan monitoring dan evaluasi kawanan. Biosekuriti dipraktekkan sebagai pendekatan pencegahan terhadap kesehatan ternak, seperti meminimalkan risiko penyakit meminimalkan frekuensi penyakit.
Meskipun semua pembicaraan tentang biosekuriti, ada kasus tindakan tidak cukup ketika menerapkan praktek-praktek manajemen. Namun, langkah-langkah yang diperlukan untuk menempatkan praktek biosekuriti suara ke tempat yang biasanya tidak memerlukan investasi modal, hanya perubahan manajemen.
Ada tiga tahap biosekuriti, pertama adalah penilaian risiko, atau mengidentifikasi potensi kekhawatiran atau masalah. Mengevaluasi siapa dan apa daun dan datang ke peternakan, memprioritaskan risiko infeksi, dan mengevaluasi bagaimana penyakit bisa masuk peternakan adalah langkah-langkah penilaian risiko. Tahap kedua adalah manajemen risiko biosekuriti. Hal ini melibatkan menerapkan rencana biosekuriti berdasarkan temuan dari tahap penilaian risiko. Tahap akhir dari biosekuriti adalah komunikasi risiko, atau mempengaruhi total buy-in ke program biosekuriti.
Berikut adalah link untuk menavigasi halaman biosekuriti fokus wilayah dan sumber dayanya. Termasuk adalah dokumen penilaian risiko, tanda-tanda biosekuriti zona, tanda-tanda resiko lingkungan, presentasi yang diberikan oleh dokter hewan ekstensi mengenai biosekuriti, dan sumber daya luar untuk memba