Senin, 17 Oktober 2011

ilmu perternakan umum


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Pakan merupakan faktor esensial yang menentukan apakah kondisi maksimum didalam pertumbuhan dapat dicapai atau tidak, dan pakan yang optimal merupakan bagian yang memungkinkan dalam mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuan genetik ternak (Maynard et al.,1969). Ransum merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha pemeliharaan ternak. Keberhasilan dan kegagalan pemeliharaan ternak banyak ditentukan oleh ransum yang diberikan. Kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak peternak yang memberikan ransum pada ternak-ternaknya tanpa memperhatikan persyaratan kualitas, kuantitas dan teknik pemberian pakan, akibatnya pertumbuhan ataupun produktivitas ternak yang dipelihara tidak tercapai sebagaimana mestinya (Siregar, 1994). Domba lebih tergantung pada pastura (padang rumput) bila dibandingkan dengan ternak lain karena secara alamiah habitat domba adalah pastura, meskipun demikian domba perlu mendapatkan pakan tambahan berupa konsentrat untuk mendukung pertumbuhan mereka di segala musim, karena kandungan nilai nutrisi pada pastura cenderung tidak tetap pada setiap musim (Ensminger, 1991). Bakrie (1996) mengemukakan bahwa hampir semua pakan yang dikonsumsi ternak ruminansia di Indonesia berbentuk hijauan, terdiri dari rumput-rumputan, sisa-sisa hasil pertanian dan daun-daunan dari pohon. Selain itu jenis makanan ternak lain yang juga dikonsumsi termasuk semak belukar, rumput liar dan rempah-rempahan, juga batang dan daun pisang, dan daun bambu.
Hijauan pakan adalah bahan makanan yang dapat berupa rumput lapang, limbah hasil pertanian, rumput jenis unggul yang telah diintroduksikan dan beberapa jenis leguminosa (kacang-kacangan), sedangkan konsentrat merupakan makanan penguat yang terdiri dari bahan baku yang kaya karbohidrat dan protein, seperti jagung kuning, bekatul, dedak, gandum dan bungkil-bungkilan. Konsentrat untuk ternak umumnya disebut makanan penguat atau bahan baku makanan yang memiliki kandungan serat kasar (SK) kurang dari 18% dan mudah dicerna (Murtidjo, 1993). Djadjuli (1982) , menyatakan apabila kebutuhan ternak akan zat-zat makanan diperoleh dari hijauan, maka sebaiknya hijauan yang diberikan merupakan hijauan yang berkualitas tinggi, karena hijauan berkualitas tinggi umumnya palatabel, tidak bersifat bulky bila dikonsumsi dalam jumlah banyak dan mempunyai daya cerna tinggi serta memberikan energi yang lebih tinggi untuk setiap konsumsinya. Menurut Ensminger (1991), kualitas hijauan berpengaruh besar terhadap konsumsinya. Hijauan berkualitas tinggi lebih mudah dicerna dan melewati saluran pencernaan lebih cepat daripada hijauan berkualitas rendah; oleh karena itu, domba akan mengkonsumsinya lebih banyak. Konsumsi makanan merupakan faktor esensial untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan berproduksi, karena dengan mengetahui tingkat konsumsi dapat ditentukan kadar suatu zat makanan dalam ransum untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok dan berproduksi (Parakkasi, 1999). Sutardi (1980) menyatakan bahwa ternak akan mencapai tingkat penampilan tertinggi sesuai dengan potensi genetiknya bila memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkan. Menurut Parakkasi (1999), tingkat konsumsi sukarela (voluntary feed intake) adalah jumlah makanan terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan secara ad libitum. Makanan yang berkualitas baik tingkat konsumsinya relatif tinggi dibandingkan5 dengan makanan yang berkualitas rendah. Menurut McDonald et al. (2002) factor yang mempengaruhi konsumsi adalah karakteristik pakan, faktor hewan dan lingkungan.

1.2  Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk “Mengetahui kualitas, kuantitas dari kecukupan pakan domba”.
 
BAB II
PEMBAHASAN

Berbagai penelitian telah dilakukan oleh para peneliti, dengan tujuan mengoptimalkan penggunaan pakan untuk diubah menjadi daging. Secara umum, kebutuhan zat-zat makanan bagi domba di kelompokkan ke dalam dua golongan besar sumber bahan pakan, yaitu bahan pakan sumber energi dan bahan pakan sumber protein. Bahan pakan sumber energi umumnya terdiri dari bahan pakan berupa bji-bijian dan sisa serealia (tepung jagung dan dedak padi), umbi-umbian (tepung singkong, onggok dan ubi jalar), dan hijauan (rumput setaria, rumput lapangan, dan lain-lain). Bahan pakan sumber protein berasal dari biji-bijian, seperti tepung bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap, biji kapas, atau tepung ikan dan tepung darah. Ada pula beberapa jenis hijauan yang merupakan sumber protein, antara lain daun gliricidae, turi, lamtoro, centrocema,dan kacang gude.
Secara alami, domba senang mengkonsumsi rumput. Meskipun demikian, pemberian pakan domba yang hanya berupa rumpu-rumputan belum dapat memenuhi kebutuhan zat-zat makanan sebagai sumber energi dan protein. Hal ini disebabkan pada umumnya rumput  hanya merupakan pakan sumber energi. Hijauan pakan ternak dikatagorikan atas beberapa jenis, yaitu:
a.       Hijauan segar
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (manual) maupun yang langsung direnggut oleh ternak. Pemberian hijauan dalam keaadaan segar, umumnya lebih disukai domba, dibandingkan pemberian dalam keadaan layu atau kering. Hijauan banyak mengandung karbohidarat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilakan energi, seperti rumput-rumputan, kacang- kacangan, daun-daunan.
Kebutuhan domba akan bahan pakan sangat tergantung pada kondisi fisiologis omba ter sebut. Domba-domba yang sedang digemukkan, secara umum membutuhkan hijauan segar sebanyak 10% dari berat badan. Ada bagian-bagian terrtentu, seperti batang, daun yang sudah tua dan yang kotor, tidak akan dikonsumsi, meskipun domba masih lapar. Karena itu perlu di pertimbangkan pemberian dalam jumlah lebih banyak dari 10%tersebut, misalnya 15-20%.
b.      Jerami atau hijauan kering.
Jerami atau hijauan kering adalah hijauan segar yang sudah dikeringkan dengan bantuan cahaya matahari atau dengan panas buatan menggunakan alat pengering yang mempunyai temperatur tinggi. Kualitas dari pakan kering ini adalah warna hijauan kekuningan dan cerah, bau tidak tengik, tekstur tidk terlalu kering, sehingga kalau dipatahkan tida patah, kebersihan tidak berjamur, berpasir atau batuan lainnya.
c.       Silase.
Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan atau leguminosa) yang di simpan dalam bentuk segar mengalami proses ensilase (Prihatman, 2000). Pembuatsn silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau atau ketika pengembalaan ternak tidak mungkin dilakukan. Menurut Kartasudjana (2001) bahwasanya silase merupakan hijauan yang difermentasi sehinnga hijauan tesebut tetap awet karena tebentuk sam laktat. Silase berasal dari hijauan makanan tenak ataupaun limbah pertanian yang diawekan dalam keadaan segar (dengan kandungan air 60-70%) melalui proses fermentasi dalam silo (tempat pembuatan silase). Sedangkan ensilage adalah proses pembuatan silase. Silo dapat dibuat diatas tanah yang bahannya berasal dari tanah, beton, baja, anyaman bambu, tong plastik, drum bekas, dan lain sebagainya.
d.      Konsentrat.
Golongan Makanan Penguat (konsentrat),  dedak, jagung, ampas tahu, garam. Bungkil kelapa, tepung ikan, kedele.


 BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara umum, kebutuhan zat-zat makanan bagi domba di kelompokkan ke dalam dua golongan besar sumber bahan pakan, yaitu bahan pakan sumber energi dan bahan pakan sumber protein. Bahan pakan sumber energi umumnya terdiri dari bahan pakan berupa bji-bijian dan sisa serealia (tepung jagung dan dedak padi), umbi-umbian (tepung singkong, onggok dan ubi jalar), dan hijauan (rumput setaria, rumput lapangan, dan lain-lain). Bahan pakan sumber protein berasal dari biji-bijian, seperti tepung bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap, biji kapas, atau tepung ikan dan tepung darah. Ada pula beberapa jenis hijauan yang merupakan sumber protein, antara lain daun gliricidae, turi, lamtoro, centrocema,dan kacang gude.

 DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Arfah Alam. 2005. Kecukupan Energi Metabolis Pakan Domba Garut Jantan Pada Fase Pertumbuhan Di Peternakan Lesan Putra Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Scribd: http://www.scribd.com/doc/49080455/em4-n-domba.
Hanafi, Nevy Diana. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. Google: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/801/1/nevy%20132143320.pdf.
Sodiq, Akhmad dan Zainal Abidin. 2002. Penggemukan Domba. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar